20 March 2025 • PPDS Board Interna PPDS Intermediate Interna PPDS Essential Interna
Perjalanan internasional membuka peluang bagi individu untuk terpapar berbagai agen penyakit menular yang mungkin tidak umum di tempat tinggal mereka.
Oleh karena itu, konsultasi kesehatan pra-perjalanan menjadi langkah krusial untuk mengidentifikasi potensi risiko kesehatan dan memberikan rekomendasi vaksinasi yang tepat guna meminimalkan risiko tersebut.
Profil risiko kesehatan seorang wisatawan dapat sangat bervariasi, dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti negara tujuan, durasi perjalanan, jenis aktivitas yang direncanakan, kondisi kesehatan individu, serta riwayat vaksinasi sebelumnya.
Artikel ini akan membahas sebuah studi kasus mengenai rekomendasi vaksinasi untuk seorang wanita berusia 20 tahun, yang merupakan Warga Negara Indonesia (WNI) kelahiran Jerman.
Pasien ini berencana untuk melakukan perjalanan liburan pertamanya ke Indonesia, dengan tujuan spesifik ke Solo dan Yogyakarta.
Sebelum keberangkatannya, ia berkonsultasi melalui email dengan seorang dokter spesialis penyakit dalam di Indonesia untuk mendapatkan saran mengenai vaksinasi yang diperlukan.
Tujuan utama dari artikel ini adalah untuk menganalisis soal pilihan ganda yang berkaitan dengan rekomendasi vaksinasi untuk wisatawan dalam skenario ini.
Pembahasan akan didasarkan pada bukti ilmiah terkini yang bersumber dari jurnal-jurnal yang terindeks di PubMed dan edisi terbaru dari buku Harrison's Principles of Internal Medicine.
Informasi ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang berharga bagi dokter umum, terutama dalam konteks persiapan mereka menghadapi ujian Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Ilmu Penyakit Dalam.
Soal Ujian Masuk PPDS Interna
Seorang wanita berusia 20 tahun, WNI kelahiran Jerman, baru pertama kali pulang ke Indonesia untuk berlibur ke Solo dan Yogyakarta.
Pasien tersebut kemudian berkonsultasi melalui email dengan seorang dokter spesialis penyakit dalam di Indonesia sebelum berangkat berlibur.
Vaksinasi apakah yang disarankan oleh dokter kepada wisatawan tersebut?
A. Vaksinasi Hepatitis B, Tifoid, Influenza
B. Vaksinasi Tifoid, Influenza, Meningokok
C. Vaksinasi Hepatitis A, Tifoid, Meningokok, MMR
D. Vaksinasi Tifoid, Influenza, Hepatitis A
E. Vaksinasi Tifoid, Meningokok, MMR
Untuk menjawab soal ini, mari kita evaluasi setiap opsi jawaban berdasarkan informasi yang tersedia.
Opsi A menyarankan vaksinasi Hepatitis B, Tifoid, dan Influenza.
Vaksinasi Tifoid memang direkomendasikan untuk wisatawan yang berkunjung ke Indonesia karena risiko penularan melalui makanan dan air yang terkontaminasi.
Influenza juga merupakan vaksin yang perlu dipertimbangkan mengingat prevalensinya di Indonesia.
Sementara itu, Hepatitis B direkomendasikan untuk beberapa wisatawan, terutama yang memiliki risiko tinggi terpapar darah atau cairan tubuh, atau untuk perjalanan jangka panjang.
Namun, opsi ini tidak mencakup Hepatitis A, yang secara luas direkomendasikan untuk wisatawan ke Indonesia karena risiko penularan melalui makanan dan air.
Opsi B menyarankan vaksinasi Tifoid, Influenza, dan Meningokok.
Seperti yang telah disebutkan, Tifoid dan Influenza relevan untuk konteks Indonesia.
Namun, risiko penyakit Meningokok bagi wisatawan ke daerah seperti Solo dan Yogyakarta umumnya rendah.
Vaksinasi Meningokok lebih diprioritaskan untuk perjalanan ke daerah dengan risiko tinggi seperti sabuk meningitis di Afrika atau untuk kelompok individu dengan risiko tertentu.
Opsi ini juga tidak mencakup Hepatitis A dan MMR (Measles, Mumps, Rubella), yang keduanya perlu dipertimbangkan.
Status imunisasi MMR penting untuk dipastikan, terutama mengingat pasien lahir di Jerman dengan potensi perbedaan jadwal vaksinasi dan adanya peningkatan kasus campak di Indonesia.
Opsi C menyarankan vaksinasi Hepatitis A, Tifoid, Meningokok, dan MMR. Hepatitis A dan Tifoid merupakan vaksin yang sangat mungkin direkomendasikan.
MMR juga perlu dipertimbangkan. Namun, seperti pada opsi B, risiko Meningokok untuk wisatawan biasa ke Solo dan Yogyakarta cenderung rendah.
Opsi D menyarankan vaksinasi Tifoid, Influenza, dan Hepatitis A. Ketiga vaksin ini sangat relevan untuk wisatawan ke Indonesia.
Hepatitis A direkomendasikan karena risiko penularan melalui makanan dan air yang terkontaminasi.
Tifoid juga direkomendasikan karena merupakan penyakit endemik yang ditularkan melalui rute yang sama.
Influenza perlu dipertimbangkan mengingat prevalensinya di Indonesia.
Kekurangan dari opsi ini adalah tidak mencantumkan MMR, yang penting untuk dipastikan statusnya.
Opsi E menyarankan vaksinasi Tifoid, Meningokok, dan MMR.
Tifoid dan MMR perlu dipertimbangkan. Namun, risiko Meningokok rendah untuk kasus ini, dan opsi ini tidak mencakup Hepatitis A dan Influenza, yang keduanya relevan untuk konteks Indonesia.
Berdasarkan evaluasi opsi-opsi tersebut, mari kita telaah lebih lanjut rekomendasi vaksinasi yang didukung oleh bukti ilmiah.
Vaksinasi Hepatitis A sangat dianjurkan untuk wisatawan yang berkunjung ke Indonesia.
Risiko penularan Hepatitis A melalui makanan dan air yang terkontaminasi sangat tinggi di negara berkembang seperti Indonesia.
Dalam Harrison's Principles of Internal Medicine edisi terbaru dijelaskan Hepatitis A sebagai penyakit yang ditularkan melalui rute fekal-oral dan prevalensinya yang tinggi di daerah dengan sanitasi yang kurang baik.
Meskipun pasien adalah seorang WNI, riwayat tinggalnya di Jerman kemungkinan besar membuatnya terpapar standar sanitasi dan kebersihan yang berbeda, sehingga vaksinasi Hepatitis A tetap merupakan langkah pencegahan yang penting.
Lingkungan di Solo dan Yogyakarta mungkin memiliki risiko penularan Hepatitis A yang lebih tinggi dibandingkan Jerman, terutama terkait dengan konsumsi makanan dan minuman di luar rumah.
Vaksinasi Tifoid juga sangat dianjurkan. Tifoid adalah penyakit bakteri serius yang ditularkan melalui makanan dan air yang terkontaminasi dan merupakan penyakit endemik di Indonesia.
Harrison's Principles of Internal Medicine edisi terbaru mengkategorikan Tifoid sebagai penyakit yang umum di negara-negara berkembang dengan sanitasi yang kurang memadai.
Perjalanan ke daerah endemik seperti Solo dan Yogyakarta meningkatkan risiko terpapar bakteri Salmonella typhi penyebab tifoid.
Wisatawan seringkali mencoba makanan lokal, termasuk dari pedagang kaki lima, yang dapat meningkatkan risiko paparan bakteri tifoid jika standar kebersihan tidak terjaga dengan baik.
Vaksinasi Influenza perlu dipertimbangkan. Influenza adalah penyakit pernapasan yang umum terjadi di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Vaksinasi tahunan direkomendasikan untuk semua individu, termasuk wisatawan.
Harrison's Principles of Internal Medicine edisi terbaru merekomendasikan vaksinasi influenza tahunan sebagai langkah pencegahan utama.
Vaksinasi influenza dapat melindungi wisatawan dari penyakit pernapasan yang dapat mengganggu perjalanan mereka.
Meskipun bukan risiko spesifik terkait lokasi geografis di Solo dan Yogyakarta, vaksinasi influenza merupakan tindakan pencegahan kesehatan yang baik untuk semua wisatawan, terutama mengingat potensi perubahan musim dan interaksi dengan banyak orang.
Vaksinasi Hepatitis B kurang prioritas dalam kasus ini. Vaksinasi Hepatitis B direkomendasikan untuk wisatawan dengan risiko tinggi terpapar darah atau cairan tubuh yang terinfeksi (misalnya, melalui prosedur medis, penggunaan narkoba suntik, atau hubungan seksual tanpa pengaman).
Untuk kunjungan liburan singkat dengan risiko rendah, vaksinasi ini mungkin tidak menjadi prioritas utama, kecuali pasien memiliki faktor risiko spesifik yang teridentifikasi melalui konsultasi.
Harrison's Principles of Internal Medicine edisi terbaru mengindikasikan vaksinasi Hepatitis B untuk kelompok risiko tertentu. Kecuali pasien memiliki faktor risiko spesifik, risiko penularan Hepatitis B selama kunjungan wisata singkat ke Solo dan Yogyakarta dianggap rendah.
Vaksinasi Meningokok juga kurang prioritas dalam kasus ini. Risiko penyakit Meningokok bagi wisatawan ke Indonesia, termasuk Solo dan Yogyakarta, umumnya rendah.
Vaksinasi Meningokok lebih penting untuk perjalanan ke daerah dengan wabah atau risiko tinggi seperti sabuk meningitis di Afrika atau untuk kelompok risiko tertentu (misalnya, jamaah haji). Harrison's Principles of Internal Medicine edisi terbaru merekomendasikan vaksinasi Meningokok untuk kondisi tertentu.
Solo dan Yogyakarta bukan merupakan daerah dengan risiko tinggi penyakit Meningokok bagi wisatawan.
Berdasarkan analisis soal dan bukti ilmiah dari sumber yang tersedia, rekomendasi vaksinasi untuk wisatawan ini dapat diringkas dalam tabel berikut:
Tabel 1: Rekomendasi Vaksinasi untuk Wisatawan ke Solo dan Yogyakarta (Kasus WNI Kelahiran Jerman)
Vaksin | Status Rekomendasi | Alasan |
Hepatitis A | Sangat Dianjurkan | Risiko tinggi penularan melalui makanan dan air yang terkontaminasi di Indonesia. |
Tifoid | Sangat Dianjurkan | Penyakit endemik di Indonesia, ditularkan melalui makanan dan air yang terkontaminasi. |
Influenza | Perlu Dipertimbangkan | Prevalensi di Indonesia, vaksinasi tahunan direkomendasikan untuk semua individu. |
MMR | Perlu Dipertimbangkan | Penting untuk memastikan status imunisasi, terutama dengan riwayat lahir di Jerman dan adanya peningkatan kasus campak di Indonesia. |
Hepatitis B | Kurang Prioritas | Risiko penularan rendah untuk kunjungan singkat kecuali ada faktor risiko spesifik. |
Meningokok | Kurang Prioritas | Risiko untuk wisatawan biasa ke Solo dan Yogyakarta umumnya rendah. |
Kesimpulan dan Jawaban yang Tepat:
Berdasarkan analisis, vaksinasi Hepatitis A dan Tifoid sangat dianjurkan untuk wisatawan ini karena risiko penularan melalui makanan dan air di Indonesia. Vaksinasi Influenza perlu dipertimbangkan sebagai langkah pencegahan umum terhadap penyakit pernapasan.
Status MMR harus dipastikan, dan vaksinasi diberikan jika tidak lengkap, mengingat adanya peningkatan kasus campak di Indonesia dan potensi perbedaan riwayat vaksinasi di Jerman.
Vaksinasi Hepatitis B dan Meningokok kurang prioritas kecuali ada faktor risiko spesifik.
Dengan demikian, opsi jawaban yang tepat adalah D. Vaksinasi Tifoid, Influenza, Hepatitis A.
Meskipun MMR juga penting, opsi ini adalah yang paling komprehensif mencakup vaksinasi yang sangat dianjurkan dan perlu dipertimbangkan untuk konteks perjalanan ini.
6 February 2025
4 February 2025