4 February 2025 • PPDS Board Interna Universitas Andalas
PPDS Interna Universitas Andalas
Mencoba PPDS itu ada dua pilihan, pertama untuk meningkatkan karir sebagai dokter spesialis atau untuk melanjutkan karir diluar kedokteran dengan menjadi direktur utama, manajemen atau struktural. Sebelum ke teknis masuk PPDS di Unand, sedikit sharing saya bekerja di puskesmas di daerah Bengkulu, kemudian melanjutkan PTT Nusantara Sehat du daerag terpencil. Alasan kenapa mengambil PPDS interna di unand, karena untuk interna, kelengkapan berkas tidak ada syarat – syarat khusus, jadi setelah Internship bisa langsung mencoba mencoba, tidak ada pengalaman kerja, tidak harus rekomendasi dan lain lain.
Akhir 2019 saya mencoba dan yang menjadi pegangan saya waktu itu, saya merasa sudah cukup, pengalaman di daerah terpencil dan juga saya kembali ke daerah saya, kebetulan di daerah saya hanya ada 1 dokter spesialis penyakit dalam. Tapi ternyata di percobaan pertama gagal. Disini menunjukkan ternyata administrasi saja tidak cukup, meskipun kita sudah dari daerah atau kita sudah punya rekomendasi. Ini bukan jaminan untuk diterima dan harus dibantu dengan persiapan yang lain. Untuk tes PPDS ini saya mencoba 3x, pertama di Unand, kedua di Unsri, dan ke UB, di Brawijaya ini tesnya online. Sebagai gambaran waktu selesai nusantara sehat, saya membayangkan bahwa ini sudah cukup, mempunyai rekomendasi daerah, pengalaman kerja di daerah terpencil, jadi waktu itu sudah sangat percaya diri. Karena bayangan saya dulu itu, PPDS itu tergantung nasib, tidak terlalu sulit dan perjuangannya itu cukup mengabdi di daerah. Tapi kenyataannya tidak seprti itu
Terkait kelengkapan berkas, saran saya cari tahu informasi sebanyak banyaknya universitas yang dituju, karena setiap centes punya karakter yang berbeda. Sebagai contoh, misal di sumatera ini saya mencari tahu informasi di Unand dan Unsri, karena saya tinggal di Bengkulu, sehingga 2 universitas itu yang terdekat. Sebagai gambaran, kalau di interna Unand, tidak ada persyaratan khusus, bisa jadi freshgraduate bisa diterima, berdasarkan pengalaman di angkatan saya dari 13 orang yang diterima, hampir 5 orang baru selesai internship. Kalau di Unsri tahapan tes lebih panjang dan pemberkasan lebih banyak, mereka meminta pengalaman kerja 1 tahun dibuktikan dengan SIP kita.
Di Unand, tahapan tes administrasi yaitu kelengkapan berkas, kemudian psikotes dan tes kesehatan, tidak ada tes toefl, jadi kita hanya memberikan sertifikat toefl. Selanjutnya tes di bagian, tes ini dibagi menjadi 2 ujian tulis dan wawancara. Ujian tulisnya ada 100 soal, kemudian soal sekarang ini sudah mulai banyak dimasukkan soal soal dari ujian board, jadi sedikit diatas standar dari ujian ujian UKDI atau persiapan UKMPPD yang kita persiapkan.
Untuk ujian tulis sebenarnya, biasanya di setiap center itu ada contoh - contoh soal yang sudah turun temurun, itu tinggal kita coba mencari. Tapi kebetulan di tempat saya kemarin tes, berhubung baru pergantian KPS, jadi bener bener soal yang dipake kemarin baru semua. Kalau dulu kemungkinan banyak yang sama. kemudian, gambaran soal soal sekarang, tingkatannya banyak memasukkan soal soal ujian board. Sebagai contoh, kriteria rheumatoid arthritis, waktu itu ditanyakan, kriteria terbarunya tahun berapa? Kriteria SLE juga, SLE kan kita tahu 97, kriteria terbaru itu tahun berapa ? jadi kita tidak bisa benar benar hanya menebak.
Soal yang banyak juga seputar auto imun, kebetulan karena KPS dari konsultan alergi imunologi, jadi SLE itu contohnya, pemeriksaan pada SLE untuk penengakkan diagnosis paling spesifik itu apa? Mungkin kalau saya waktu itu berfikir anal test dll, ternyata paling spesifik 80%, anti smith. Jadi kalau kita tidak pernah membaca, pasti jawabannya anal test dll. Jadi kalau kita mendalami, terlihat disana jawabannya yang benar itu anti smith dengan 80% spesifiknya untuk SLE. Jadi soal - soalnya itu, mungkin 50% yang rata rata bisa menjawab, kemudian tingkatan sedangnya 30%, sisanya 20% inilah ada soal - soal yang tingkatannya memang susah untuk dijawab. Nanti tinggal bersaingnya itu di 30% dan 20% ini yang jadi pembeda. Kalau yang standar2 UKDI juga banyak, mungkin 50%. Tapi soal yang harus kita kejar ini di soal - soal yang sedang dan berat ini, karena itu yang membedakan orang dengan persiapan dan tidak.
Saran saya untuk ujian tulis, berdasarkan pengalaman kemarin waktu tes pertama setelah selesai nusantara sehat langsung coba, benar benar keteteran. Setelah itu, saran dari teman teman juga, agar merangkum dulu penyakit - penyakit yang paling sering, dari fisiologi dll secara singkat, setelah itu baru mengerjakan soal. Nanti kalau kita sudah hafal fisiologinya mau dibalik seperti apa soal itu biasanya tetep kita bisa menjawab. Jadi ada gambaran, seperti kemarin, arah soalnya ke diabetes mellitus, ternyata jawabannya diabetes insipidus, soal - soal yang lebih spesifik bukan di dokter umum. Kemudian endokrin, tentang hormon2 lebih spesifik di anterior apa, posterior apa gitu. Jadi kalau kita belajar endokrin kemarin kalau di UKMPPD lebih ke DM tipe 1 dll. jadi soalnya ada yang lebih spesifik.
Karakteristik soal, balik ke center yang dituju. Kalau di unsri kemarin, karena tesnya pada saat covid, jadi soalnya baru dan banyak tentang covid. Covidnya itu tidak sekedar obat obatan seperti yang kita kerjakan, jadi fisiologinya, kenapa terjadi badai sitokin, dll. jadi lebih mendalam, apa saja yang terlibat dalam proses itu. Kalau di unand kemarin soalnya hampir 60 ke kasus dan 40 ke teori dan di tiga tempat yang saya coba, rata rata soalnya multiple choice. Penting untuk diketahui, Kadang saat kita mengetahui kalau soalnya pilihan ganda, kita agak terlena, dengan pikiran nanti tinggal pilih. Tapi ternyata hampir rata rata di semua center tesebut, pilihan gandanya bukan yang benar benar mencolok pilihan ganda, jadi pilihan A, B, C, dll, rata rata mirip. Misal obatnya sama semua, bedanya cuma di dosisnya saja. Contoh kemarin, soal hipoglikemia, bolus D40, itu berapa mili? Jadi pilihannya ada yang 25ml, 50ml dst. Jadi kalau hafalan - hafalan sepintas, bisa jadi kita tidak tahu atau lupa pastinya. Kemudian untuk buku panduan, lebih ke buku penatalaksaan panduan klinis. Buku ini langsung ke kasus, dibagi per sub divisi sekilas saja dari definisi dan lain-lain. Untuk waktu yang lebih panjang bisa lebih bagus, bisa belajar IPD 3 jilid.
Masuk ujian wawancara, nanti di meja kita ada yang diberikan jurnal, nanti tergantung nasib apakah penguji kita memerintahkan untuk membaca atau bertanya dalam bahasa inggris. kita suruh coba artikan jurnal itu, Apa isi jurnal itu? ada beberapa teman saya yang dapat. Kebetulan kemarin saya tidak sempat dites mengenai jurnal. Untuk pertanyaan, nanti akan ditanya kenapa mendaftar di Unand? Tipsnya : kita harus tahu universitas yang kita tuju, prestasinya, seperti salah satu univ tertua dan terbaik di Sumatera. Kemudian baru alasan keduanya seperti alasan keluarga atau center pendidikan terdekat. Kalau saya kemarin, dari tempat saya bekerja di Jambi dan Bengkulu, rata-rata rujukan center pendidikannya ke padang atau Palembang. Selanjutnya baru kita bisa menambahkan yang lain, seperti faktor keluarga, jadi harus ada alasan yang memang harus kita persiapkan.
Kedua, ditanya kenapa memilih interna, kalau saya kemarin menjawab, memang ada minat terhadap interna, dan penyakit yang sering ditemui selama bekerja, hampir 70% penyakit dalam, kemudian di daerah saya dokter spesialis penyakit dalamnya cuma ada 1 dokter. Lalu diperkuat dengan hasil hasil seminar yang pernah diikuti, atau misal ada teman yang pernah magang atau penelitian juga boleh. Pengalaman teman ada juga yang menjawab dari kuliah S2, skripsinya tentang interna.
Pertanyaan selanjutnya, ditanya pendapat orang tentang diri kamu, biasanya dia melihat hasil MMPI. Tiga poin penting yang harus dijawab, pertama peduli dengan lingkungan, kedua mau bekerja sama dengan tim, dan yang terakhir terbuka dengan pendapat orang lain. Ini poin penting yang saya pelajari dan saya jawab ketika wawancara kemarin. Kenapa kita peduli lingkungan, karena kita nanti akan berhubungan dengan pasien. Kemudian mau bekerja sama denagn tim dan terbuka dengan pendapat orang lain. Karena semboyan di rata-rata di PPDS ini kita tidak perlu orang yang pintar, kita mencari orang yang bisa kerja sama dengan tim dan mau menerima pendapat orang lain. Jadi kalau pintar tapi tidak mau menerima orang, biasanya terlempar dari pendidikan. Disini menunjukkan kalau kita kembali nol lagi, tidak ada yang pintar. Jadi yang dicari adalah yang bisa bekerja sama dan mau menerima ketika mendapat teguran dari senior dan lain lain. Ini poin penting ketika kita ditanya apa alasan kami memilih kamu dan pertanyaannya juga bisa apa nilai positif dari diri kamu.
Pertanyaan selanjutnya bagaimana cara kamu menangani stress atau ada hal hal yang membuat stress? Hal ini karena berhubungan dengan pendidikan. Ini perlu dipersiapkan juga, karena ternyata sangat susah menjawab pertanyaan seperti itu. Bagaimana cara kita menangani stres atau bagaimana cara kita menghadapi tekanan itu harus sinkron dengan hobi kita. Nanti kan di CV yang kita lampirkan, ada hobi juga. Yang mana itu menggambarkan diri kita. Misal kita hobi olahraga, ketika kita stress apa yang akan kamu lakukan? saya meluangkan dengan berkumpul dengan keluarga atau saya bermain sepak bola. jadi hobi positif kita itu adalah untuk menutupi ketika kita menangani stress. Jadi ketika kita stress kita tidak ada pikiran untuk mundur atau untuk melarikan diri.
Persiapkan juga seputar prestasi, karena nanti akan ditanya juga. Kemarin kalau saya sendiri kebetulan prestasinya standar-standar dok. Jadi tidak ada prestasi akademi yang benar-benar menonjol. Sedangkan teman teman saya saat itu prestasinya panjang bahkan ada yang Olimpiade dan lain-lain. Oleh karena itu di akhir-akhir tes ini saya mempersiapkan sertifikat-sertifikat lomba-lomba yang kecil-kecil. Misalkan karena saya bekerja di puskesmas dan nusantara sehat. Saya cantumkan dan sebutkan semua, misal menjadi ketua mutu di Puskesmas dan mendapatkan akreditasi Madya Puskesmas saya seperti itu. Jadi tetap ada prestasi yang disampaikan. Karena waktu wawancara pertama ada teman saya menjawab prestasi tidak ada, langsung itu menjadi sebuah blunder, kamu mau jadi apa, prestasi saja tidak ada. Jadi untuk prestasi ini tetap harus ada baik akademik dan non akademik. Biasanya, nanti itu saling melengkapi ada yang menonjol di akademik, ada yang menonjol di ilmiah, ada yang di asisten penelitian, jadi biasanya beragam saat tes itu.
Lalu ada pertanyaan Apa alasan kami memilih kamu, atau apa yang kamu punya dan tidak dimiliki orang lain? Biasanya jawaban untuk pertanyaan ini lebih ke saya mempunyai semangat dan pantang putus asa. Jadi selain kita bisa bekerja sama dengan tim, yang kita tonjolkan yaa punya semangat dan pantang menyerah. Sebagaimana yang disampaikan diawal, kalau di univ ini tidak mencari orang pintar, tapi orang yang bisa bekerja sama, tidak kenal lelah dan tidak kenal putus asa, mengingat pendidikan yang sangat keras.
Selanjutnya pertanyaan – pertanyaan tambahan, seperti setelah selesai akan kembali kemana? Visi misi kedepan sebagai penyakit dalam apa? Untuk pertanyaan ini kemarin teman teman saya ada yang menjawab, ingin lanjut S2, menjadi staf, dll. Mungkin saya sendiri yang menjawab ingin kembali ke daerah. Sampai ditanya sama dokternya, kamu cukup hanya menjadi spesialis penyakit dalam, tidak ingin lanjut sekolah? Waktu itu saya menjawab, cukup dok, menjadi spesialis dalam saja untuk saya sudah cukup. jadi disini kita harus siapkan visi dan misi kita kedepan mau jadi apa. Kemudian disini juga ada beberapa dokter yang mempersiapkan menjadi calon pengganti konsulen tersebut. Biasanya mereka ketika tes itu sudah mengincar beberapa nama yang akan dijadikan staf. Seperti teman saya kemarin itu ada yang sudah disebutkan waktu wawancara, Kamu adalah calon-calon staf. Jadi nanti ada yang menonjol dari akademik itu biasanya sudah diperhatikan.
Lalu pertanyaan yang pengetahuan umum, misal siapa tokoh idolamu dalam bidang kesehatan? Kalau kemarin saya menjawab dokter Dante, wakil menteri kita, kebetulan beliau dari spesialis penyakit dalam. Lalu ditanya kenapa dokter Dante, saya jawab karena beliau seorang penyakit dalam dan saya juga ingin menjadi penyakit dalam seperti beliau. Jadi hal-hal seperti itu kalau kita tidak mempersiapkan akan terlihat bingung nya. Jadi Siapa tokoh idola itu, menurut saya dulu pertanyaan sepele, tapi ketika tidak dipersiapkan memang benar-benar kita enggak tau mau jawab siapa.
Terlepas dari semua itu, sedikit saran untuk menghadapi ujian wawancara : berdasarkan pengalaman alumni dokterpost yang pernah sharing ketika diterima di Unair, tulis pertanyaan yang mungkin keluar (bisa tanya ke teman teman yang sudah lulus), kemudian latihan di depan cermin. Dan akhirnya saya mencoba dengan mencatat beberapa poin, misal ketika wawancara jangan lupa salam, lalu jangan duduk sebelum diperintahkan.
Jadi ini poin-poin krusial sebenarnya. Wawancara itu biasanya pihak universitas sudah ada nama nama calon, tinggal meyakinkannya itu saat wawancara. sehingga apakah kita bisa merubah itu atau kita semakin meyakinkan terhadap hasil – hasil kita sebelumnya. Sedikit tips dari saya untuk profil diri, pertama kan diminta untuk perkenalan, ini kita tonjolkan profil diri kita, nama, asal univ, status, tempat tinggal, pekerjaan, dll.
Perlu diperhatikan untuk teman teman yang ingin daftar, persiapkan dengan baik setiap tahapnya, jangan meremehkan dengan menganggap mudah pada tahap tertentu. Misal untuk tes psikologi, hasil tes psikologi kita nanti akan dibawa saat ujian wawancara. Nanti konsulen juga akan melihat IQ kita berapa, misal kita mengerjakannya asal-asalan, hasil psikotes kita jelek dan hasil ujian tulis kita bagus, mungkin ada yang tidak sinkron, nanti pasti akan ditanyakan. Biasanya kan berbanding lurus, psikotesnya bagus biasanya ujian tulisnya juga bagus. Ujian wawancara kalau di Unand nanti, semua konsulen yang bisa hadir, semua hadir. Jadi di ruang konferensi itu kita seperti dilingkari oleh semua pewawancara. Biasanya yang senior yang bertanya, misal prof. cuma karena kemarin masih masa pandemi, jadi senior yang sepuh – sepuh, mungkin hanya melihat dari online saja. Beberapa prof memang tetap ada.
Selanjutnya di Unsri saya juga ada pengalaman juga, tahapan awal cuma MMPI setelah itu kita langsung ujian wawancara universitas, ini diluar bagian. Ujian wawancara universitas ini meliputi tentang STR, SIP, Sumpah dokter, dll, nanti yang bertanya adalah bagian dari dirut, dekan, jadi pejabat - pejabat dari Unsri, dan waktu itu wawancaranya online. Setelah melewati, mmpi, wawancara dan tes kesehatan (tidak ada TPA), baru ujian di bagian, dari jurnal reading, jurnal ini diberikan pukul 8, jurnal setiap orang berbeda, satu jam kemudian kita langsung diundi siapa yang maju, selesai atau tidak kita harus maju, presentasinya dalam bahasa inggris. Untuk wawancara bagian, nanti akan ada 3 orang yang mewawancarai. Kemudian untuk ujian tulisnya ada 100 soal pilihan ganda. Terakhir, ujian wawancara dan osce. Jadi kalau di unsri, sebelum wawancara kita dibawa ke bangsal melakukan pemeriksaan fisik dari atas sampai bawah, anamnesis, lalu wawancara. ditanyakan seputar pasien itu dulu, gambaran awalnya setelah itu ditanya seputar pribadi kita.
Kalau di Brawijaya ada 3 tahap. Tahap 1 administrasi, kemudian tes TPA, Toefl dan kesehatan, setelah itu nilai kita digabungkan baru pengumuman tahap 2, waktu itu lulus tahap 2, sisa ditahap akhir wawancara dan tes tulis. di UB semuanya online, jadi wawancara dan ujian tulis juga online. Ujian tulisnya pilihan ganda 100 soal. Kemudian untuk wawancara salah satunya perkenalan dalam bahasa inggris. Mungkin itu gambaran tes administrasi dan akademik di 3 univ yang pernah saya ikuti. Terkait wawancara di Brawijaya, kemarin juga hampir sama kayak di Unand jadi semua guru-guru besarnya hadir, jadi harus dipersiapkan, karena kalau tidak dipersiapkan, melihat dokter-dokter, Profesor Profesor ini, bisa jadi mental kita langsung jatuh. Selain itu kita juga harus hafal yang mana yang professor, yang mana yang bukan. Sebab terkait panggilan nanti ketika kita menjawab pertanyaan. Jangan lupa mengucapkan terima kasih, setelah itu kita juga menyebutkan Prof.
Akhirnya di juli kemarin di percobaan kedua di Unand, saya bisa lulus. Sedikit bercerita, bahwa selama ini kita sering mempersiapkan hal - hal yang seperti magang, rekomendasi dll. Kita sibuk dengan hal-hal seperti itu. Sehingga kita melupakan hal - hal seperti psikotest, TPA, dan hal hal yang materi akademik. Berdasarkan yang saya rasakan pengalaman ini tetap poin paling pertama di akademik dan kadang itu mungkin bisa mempengaruhi hampir 50%. Makanya saya bilang penunjang penunjang seperti TPA, TOEFL, seminar-seminar itu point penunjang, tapi ada persentasenya. Seperti jurnal reading, kalau tidak salah persentasenya 5%. Walaupun porsinya cuma 5% misal dikumpulkan lumayan juga.
Contohnya, yang saya tahu di penyakit dalam di Unand, setelah saya tes pertama waktu itu disebutkan TPA itu mempunyai nilai, selanjutnya berapa tahun kita lulus itu ada poin, misalnya 6 tahun (+3), seperti itu gambaran poinnya tapi terperinci nya saya kurang jelas. Yang pasti ada pembedaan, misal kita lulus 6 tahu atau 7 tahun. Lalu TOEFL 550 keatas poinnya misal tiga, 500-550 poinnya dua, dibawah 500, poinnya satu. Selanjutnya pengalaman kerja, poinnya 1. Mungkin poin2 kecil itu, tapi kalau kita bisa maksimal, maksudnya bisa menjadi penunjang ketika nilai kita ini sama atau kita bisa unggul di poin-poin tersebut yang mungkin di rekan-rekan yang baru lulus menginginkan maksimalnya di akademik dan lain-lain. Jadi mereka belum punya pengalaman-pengalaman yang lain itu atau rekomendasi mengabdi ke daerah.
Ini yang menurut saya, mindset kita salah. Dengan kembali ke daerah, sudah sangat membuat kita percaya diri padahal ternyata itu bukan jaminan. jadi tidak ada jaminan sekarang sudah recommend. Sedikit cerita saya mendapatkan rekomendasi kepala daerah, rekomendasi Dirut rumah sakit dan juga rekomendasi resmi untuk beasiswa Kemenkes yang menyatakan kebutuhan di daerah itu hanya satu dokter penyakit dalam di dalam di daerah saya. Jadi formnya itu resmi berdasarkan Permenkes RSUD type-c itu harus ada dua, Saya hanya ada satu dokter. Sudah saya lampirkan juga, bahkan tidak ditanya untuk wawancara.
Sedikit sharing seputar syarat administrasi khususnya usia pendaftaran PPDS, saya pernah bertanya dan mencari info, kalau di jawa grafiknya, misal kita terlalu muda, itu poinnya di bawah. Kemudian di umur 30, poinnya naik. Karena biasanya di usia emas itu 30. Setelah itu poinnya turun lagi. Jadi kalau di jawa, di salah satu center, kalau terlalu muda atau terlalu tua itu malah poin nol. Jadi di tengah tengah itu, disaat punya pengalaman dan lain lain, itu mungkin di usia 29 – 31. Tapi kembali ke center masing – masing. Kalau di Unand sendiri, itu bukan jaminan. Buktinya diangkatan saya ada 4 hingga 5 orang uang diterima (angkatan 2007 – 2009), sisanya angkatan 2011 – 2013.
Terkait wawancara, ada beberapa center yang tanya sudah tes dimana saja? Termasuk waktu itu pas wawancara di UB ditanya, karena tidak diterima IPD Unand ? Tapi waktu itu karena saya belum mempersiapkan secara khusus, jadi saya jawab mungkin belum belum rezekinya dok. Kemudian ditanya lagi kalau belum rezeki itu jawaban standar, apa yang bikin kamu tidak diterima? Kemudian saya jawab karena saya kurang persiapan. Lalu dilanjut ditanya sekarang apakah sudah cukup persiapan kamu? Kalau teman teman percaya diri, boleh dijawab sudah lebih dari cukup. yang pasti kita akan dikejar pertanyaan apa dan mengapa, jadi tidak bisa kita hanya menjawab, kurang beruntung, saya ini, jadi harus ada alasa riil.
Di Unand kemarin saya sempat ditanya, tapi bukan pertanyaan mencoba di Universitas lain, saya ditanya apa yang menyebabkan kamu gagal di pertama kali ujian? saya juga menjawab waktu itu akhirnya saya pakai jawaban bahwa saya kurang persiapan. Kemudian ditanya apa persiapan kamu saat ini yang beda dari teman-teman kamu yang lain? Saya menjawab kebetulan saya les online dok. Ditanya lagi, ditanya les online dimana ? saya jawab di dokterpost. Itu salah satu jawaban yang mebuat beda dengan yang lain. Karena kalau menjawab kita sudah baca buku, biasanya sudah jawaban yang standar. Untungnya saya kepikiran menjawab saya les online, sampai dokternya kaget, oh ada les online ya untuk spesialis.
Sedikit informasi untuk beasiswa, jadi proses beasiswa yang saya tahu seperti tubel Kemenkes, jadi beberapa nama istilah berbeda beda, kalau kami menyebutnya beasiswa kemenkes. Sebenarnya tubel kemenkes itu untuk yang PNS, tapi sekarang akhir - akhir ini sudah digabung. Jadi kalau beasiswa kemenkes itu meliputi, PNS, Pasca Nusantara Sehat dan Pasca PTT Pusat yang dulu. Proses beasiswa ini sebenarnya beriringan berjalannya, jadi pendaftaran beasiswa itu di bulan Mei sama Juni, jadi saat kita tes, kita itu belum diterima sebagai penerima beasiswa, kita hanya sebagai pendaftar. jadi kita sudah mengirimkan berkas, biasanya dibulan Agustus baru pengumuman beasiswa Kemenkes, pengumuman siapa yang lulus administrasi, nah kita buat akun unt beasiswa kemenkes, setelah akun kita buat, nanti di bulan agustus, kemenkes itu akan membuka akun kita, kemudian kita diminta mengupload surat kelulusan. Karena di bulan Juni dan Juli semua univ sudah pengumuman.
Jadi bagi yang tidak mengupload, biasanya dianggap tidak lulus di univ. sehingga di bulan Oktober atau November, tidak keluar SK penerima beasiswanya. Jadi sistemnya itu berjalan beriringan dan juga pendaftaran beasiswa Kemenkes ini kita langsung memilih universitas dan prodi yang dituju. jadi tidak bisa kita hanya mendaftar berkas, Trus kalo lulus disini baru kita upload, Jadi mereka udah data kita daftar dimana, ambil prodi apa. Serta universitas yang bisa untuk beasiswa kemenkes hanya ada 14 univ. Jadi hanya 14 univ ini yang dapat mengajukan beasiswa kemenkes, di center – center tersebut mereka sudah ada petugas - petugas yang bekerja sama dengan kemenkes. Jadi tanpa kita upload pun mereka sudah tahu data-data siapa peserta beasiswa kemenkes mereka yang lulus di univ tersebut. Untuk berkas - berkasnya beasiswa kemenkes, pertama PNS, selain itu kalau PNS hubungannya dengan BKD (kepegawaian daerah), kemudian pasca PTT atau pasca nusantara sehat, untuk syaratnya surat masa bakti, dll. Berdasarkan pengalaman, temen temen dari pasca nusantara sehat dan pasca PTT selalu lulus berkas di kemenkes, jadi yang banyak terkendala justru tidak lulus di univnya.
Kemudian sistemnya kita per periode, jadi kalau periode ini kita tidak lulus univ, periode depan daftar lagi untuk beasiswanya. Jadi beasiswanya berlaku per periode. Gambaran untuk beasiswa ini, untuk PNS karena sekarang sudah online, di setiap daerah ada SISDMK, jadi jumlah kebutuhan dokter dokter di daerah dll terupdate benar benar ada SIP, dll. Misal di daerah ada RS tipe C, dan sudah ada dokter penyakit dalamnya 2 orang, kita mengajukan berkas untuk masuk menjadi penyakit dalam, biasanya meskipun kita sudah PNS, kita tidak lulus untuk berkas. Jadi ini menjadi perhatian untuk teman teman. Artinya apabila tidak sesuai dengan kuota kebutuhan yang diajukan meskipun kita PNS, berkas itu tidak lulus. Ini gambaran untuk beasiswa. Jadi di center pendidikan beasiswa ini hanya menjadi poin tambahan tapi tidak mutlak, artinya ada pertimbangan - pertimbangan khusus untuk menerima beasiswa ini. Bahkan, tidak ditanya waktu saya tes kemarin. Baru di tes kedua ditanya, karena saya menyebutkan akan kembali ke daerah dan saya tambahkan sendiri bahwa saya menjadi peserta penerima beasiswa kemenkes, padahal belum pengumuman. Tapi masih jadi pendaftar.
Kemudian ditanya apa buktinya, saya jawab pendaftarannya sudah ada. Bahkan ditanya apakah kamu sudah pasti diterima diterima beasiswa kalau kamu lulus? Dan saya jawab saja, sudah. Jadi pertanyaan-pertanyaan itu sangat mendetil. Begitu juga pas di unsri juga ditanya seputar pembiayaan, saya jawab juga beasiswa. Tapi ditanya lagi, beasiswa paling hanya uang SPP dll, lalu untuk uang kehidupan sehari hari gimana? Ini akan kembali ke teman masing masing. Tapi jawabannya yang masuk akal. Karena ada pengalamannya dari teman yang bilang kalau tabungannya 1M, kemudian ada prof yang marah, kemudian bilang trus buat apa lagi kamu sekolah kalau tabunganmu segitu, kamu jangan asal asal menjawab. Jadi boleh ngasal tapi tetep harus logis, karena penuh dengan jebakan saat wawancara ini.
Kalau beasiswa LPDP sumbernya dari kemenkeu, sedangkan kemenkes dari kementerian kesehatan. Kemudian untuk LPDP biasanya ada tes dulu. kemudian untuk beasiswa LPDP ini bisa dari berbagai program studi, jadi tidak harus dari PPDS. Menurut info dari salah satu teman saya yang LPDP, persyaratannya seakrang lebih ketat, harus ada publikasi jurnal, harus ada IPK minimal 3,25 dan toeflnya diatas 550, serta ada tahapan tahapa TPA dan wawancaranya itu sangat berat. TPAnya pake Bapenas. Kalau LPDP untuk pendapatan biaya hidupnya lebih besar dari beasiswa kemenkes.
Pertanyaan seputar tabungan ini memang krusial, sarannya tetap kalau bisa jawabannya yang masuk akal, menurut saya mungkin range nya 150 – 200, karena di IPD mungkin saat ini terkenal tidak banyak biayanya dok, jadi memang yang saya rasakan begitu, karena sekarang sudah pakai UKT, di IPD Unandi ini, saya rasa salah satu yang paling murah di Indo, jadi uang masuk itu 15 jt, uang SPP 10jt, jadi masuk ini kita hanya bayar 25 jt, ini tidak ada uang - uang yang lain. Misal dijawab sama konsulen, kalau segitu kurang, bagaimana cara kamu ? bisa disampaikan kalau nanti akan dibantu oleh orang tua. tapi ada kemungkinan nanti akan dilanjut pertanyaannya. Seperti, kamu tidak bosen menyusahkan orang tua, sudah disekolahkan S1 dan S2, dan sampe sekarang? Nanti bisa dijawab, misal orang tua juga sudah komitmen dengan orang tua, sudah dibicarakan dengan baik baik denagn istri dan orang tua. Jadi disiapkan segala kemungkinan pertanyaan yang akan muncul.
Kemudian misal ditanya seputar keluarga, karena nanti ketika pendidikan yang pasti nanti fokusnya akan terbagi, itu bagaimana? Yang pasti untuk keluarga setelah saya bertanya tanya, jawaban yang paling utama yang pasti saat kita pendidikan yaitu istri harus ikut, tujuannya apa? Jadi dukungan keluarga itu sangat penting. Mengingat, pendidikan ini sangat berat, ketika tidak ada keluarga dll, menurut pendapat orang - orang ini akan menjadi tekanan yang lebih untuk kita, jadi sebisa mungkin kita menjawab, keluarga ikut meskipun praktiknya di lapangan nanti istri akan menyusul atau apa gitu. Bahkan beberapa penguji ada yang bertanya, apa bukti kalau istri ikut? Akan kerja dimana ? atau sekarang kerjanya apa? Sehingga harus dipersiapkan juga jawaban untuk itu
Tips :
Berikut adalah poin-poin penting dari artikel tentang seleksi PPDS Interna di Universitas Andalas:
4 February 2025
4 February 2025
4 February 2025
Bergabung dengan DokterCares Untuk persiapan PPDS