Menggapai Mimpi Menjadi Spesialis Kardiologi di Universitas Brawijaya

16 January 2025 • Kardiologi Universitas Brawijaya

Menggapai Mimpi Menjadi Spesialis Kardiologi di Universitas Brawijaya

PPDS kardiologi adalah sebuah mimpi bagi dokter apalagi untuk dokter yang bekerja di puskesmas dibanding dokter yang bekerja di RS, dan berasal dari universitas swasta. Waktu pendaftaran di UB sendiri ada 2 periode, januari (1 juni sampai 31 juli) dan Juli (1 des sampai 31 Jan). Proses seleksinya, tes tahap 1 yaitu pendaftaran dan melengkapi berkas, yang penting berkas lengkap dan syarat yang diminta lengkap semua, nanti tinggal tunggu pengumuman hasil seleksi administrasi. 

Di Brawijaya ada sistem seperti gini, misal daftar untuk januari 2022, kemudian ada 4 orang yang diterima untuk periode januari 2022, kemudian ada juga yang diterima 1 orang diterima di Juli 2022 dan 2 orang diterima untuk januari 2023. Kemudian untuk peluangnya kemungkinan bersaing dengan sesama PPUK. Karena PPUK memang ada porsinya dan peminatnya juga banyak.

Kemudian di tahap 2, nanti ada tes kesehatan, psikologi/psikiatri, Toefl dan TPA, setelah itu pengumuman diwebnya tertulis pengumuman tahap 2 PSPDS, dari tahap 2 ini dipengumuman itu dijelaskan juga untuk tes tahap 3, isinya adalah tes tulis dan wawancara. untuk tes wawancara tiap prodi nanti beda-beda, kalau kardio ada wawancara online dan wawancara offline. Pengalaman kemarin, dari wawancara online tersaring ada 13 orang yang menuju wawancara offline. Nanti dibagi menjadi 2 sesi atau hari yang berbeda, jadi 6 orang dan 7 orang, nanti pengumumannya tertulis hasil seleksi PS PDS dan nanti yang diambil 7 orang. 

Tahap seleksi berkas, sebagaimana yang tercantum di web, nanti ada persyaratan umum dan bisa dibaca disana. Perlu diketahui, terkait IPK, ketika kita daftar, yang digunakan sama pihak Universitas Brawijaya (UB) adalah IPK rata rata. IPK rata rata ini diperoleh dengan cara IPK sarjana kedokteran ditambah ketika profesi dan dibagi sama SKS. Nanti juga ada sertifikat nilai UKDI yang diminta jadi diharapkan ada. Untuk ASN, nanti ada persyaratan wajib surat tugas belajar dari Bupati/walikota/BKD atau surat izin mengikuti tes. Secara prosedur, pertama kita izin ke atasan, dari atasan dibawa ke kadinkes dan dirut RSUD. Ketika upload di website, tolong disertakan semua bukan salah satu. 

Khusus reguler persyaratan lain yang disertakan adalah ACLS, pengalaman pribadi dulu pas daftar yang diminta adalah ACLS, karena pandemi lagi puncak, maka ACLSnya boleh yang expired. Kemudian yang sekarang ada persyaratan tambahan yaitu EKG Perki, maks 2x mendaftar, dan tes audiometri, dan kalau bisa disertakan rekomendasi dari organisasi profesi daerah asal (bila ada). 

Seleksi tahap 2, tes kesehatan, psikologi – psikiatri, toefl dan TPA, jadi ini waktunya dalam satu rentang waktu, kalau bisa diatur, lebih baik kita kejar kesehatan terlebih dahulu atau psikologi-psikiatri, agar kita bisa konsen di toefl dan TPA. Kemudian untuk batas lulusnya, untuk toefl yaitu : reguler 475, PPUK 450, sedangkan untuk TPA yaitu : reguler 500, PPUK 475. Menurut teman teman yang sudah lulus lebih dulu, nilai itu gk perlu tinggi paling tidak melewati ambang batas. TPA nanti pakai oto bapenas. 

Seleksi akademik (tahap 3), ada tes tulis. tes tulis ini essay dan menggunakan bahasa indonesia, total soal kurang lebih ada 30 soal. Bentuk ujian teorinya beberapa soalnya kasus, ada juga yang soal pendek. Pertanyaannya seperti anatomi fisiologinya, arteri coronary cabang cabangnya bagaimana? Kemudian kalau soal kasus, lebih ke EKGnya. Untuk tingkat kesulitannya kurang lebih mirip ujian koas. 

Kemudian untuk bahan pembelajaran belajar dari : 

  1. Guideline Perki;
  2. Guideline ESC;
  3. Pathofisiologi Leonard S. Lilly, MD, Buku Lilly itu bagus banget, bukunya membahas dasar, dan yang keluar diujian memang yang dasar dasar saja tidak terlalu mendalam.
  4. Materi ACLS, 
  5. Materi EKG, 

Lima buku referensi ini sudah cukup. tapi misal terbatas waktunya, saya sudah lakukan dan buktikan cukup baca slide dari dokterpost yang diupload di grup WA. Kemudian unt wawancara, saya mengerti harus bagaimana saya lihat rekaman webinar di dokterpost juga. Jadi ikut dokterpost bermanfaat sekali. Saya ikut kurang lebih 5 bulan dan saya hampir tidak pernah ikut zoom yang live dikarenakan tidak ada waktu dan tidak ada ART, jadi sambil merawat anak. Jadi ketika anak saya tidur, saya buka rekamannya. Begitu juga rekaman webinar wawancara, disitu ada tentang premis 1 dan premis 2, bahwa jawaban itu jawab saja sesuai pertanyaannya saja, tidak usah panjang panjang, tidak perlu berlebihan yg penting sopan santun. Misal tidak mengerti, yaa jawab seadanya. 

Selama proses ujian, nanti tidak ada jurnal reading dan tidak ada osce. Saran : untuk jurnal reading nanti tetap dipersiapkan karena kita tidak tahu tambahannya apa saja. Seperti kemarin, kedapatan wawancara 2 kali, online dan offline, jadi otomatis pertanyaannya lebih luas dari wawancara yang satu kali. Saya kira wawancara yang offline itu journal reading.

Ujian wawancara, Wawancaranya dilakukan dengan ketua prodi, waktu wawancara online ada 7-8 dokter dan bertanya secara bergantian, untuk wawancara online lebih ke pertanyaan pribadi, misal tanya keluarga, pembiayaan, dan menyambung terus. Kalau yang offline nanti ada 11 orang yang mewawancara, ada profesornya dua. 

Pertanyaan yang sering ditanyakan, kenapa ambil kardiologi? Kenapa pilih UB? pembiayaan dll. Ditanya juga seputar keluarga (anak, pasangan dan orang tua). Tipsnya : selama menjawab jangan ragu ragu, kemudian sopan, kemudian kalau tidak mengerti dijawab apa adanya jangan mengada ngada atau sok tau. Sama jawab sesuai apa yang ditanyakan jangan berlebihan. 

Pengalaman Pribadi : 

Waktu itu saat mendaftar usia saya 33 tahun, sebelumnya tidak terpikir untuk sekolah karena kondisi, jadi tidak ada tabungan atau latar belakang yang membuat percaya diri. Cuma waktu itu merasa punya kesempatan untuk mengejar mimpi, karena punya pengalaman kerja 5 tahun di RSUD Fakfak, papua barat. Waktu pulang dari sana, mau ke jatim kembali, saya mendapatkan surat masa bakti dari dinkes fakfak, walaupun tidak tahu mau dibuat apa tapi yang pasti harus dibawa. 

Di RSUD fakfak, tahun 2017 saya dipercaya untuk dikirim ke Jakarta dilatih untuk treadmill kemudian jadi penanggung jawab layanan treadmill, dari belum ada sama sekali layanan treadmill di papua barat, hingga ada. Disitu saya merasa ada kesempatan karena pelatihan itu. Poin selanjutnya saya PNS dari tahun 2020, saya pertama kali mendaftar ppds. Jadi kalau di UB, maksimal mendaftar di kardio UB 2 kali. Waktu itu saya pertama kali mendaftar, dan di puskesmas tempat bekerja sekarang, saya adalah dokter penanggung jawab UKP dan Mutu UPTD Puskesmas Jenu. Jadi tahun pertama saya disana, saya berkontribusi membawa puskesmas terakreditasi paripurna. Mungkin ini dirasa kurang penting, tapi ketika wawancara nanti akan menjadi penting. Jadi dimanapun kita, selama kita masih bisa menunjukkan kerja kita seoptimal mungkin, nanti akan bermanfaat waktu tes. 

Nanti akan ditanya rencara support sistem dan keuangan. Karena saya dari reguler, yaa ditanya tapi tdak sampai berapa jumlah uangnya. Beberapa pertanyaan ynag muncul, kenapa ambil prodi jantung? Kalau saya waktu itu di fakfak tahun 2017, saya belum pernah ikut acls karena dari papua ke jawa saya tidak ada uang untuk pelatihan, jadi saya belum pernah ikut acls, yang saya tahu hanya buka guideline perki. Waktu itu ada pasien, sama dokter jaga sebelumnya dikira kesurupan sementara saya takut hantu, jadi saya biarkan. Tapi pinternya perawat saya, waktu pasien mau dipindah ke ruangan, bilang ini umurnya 40 lebih tidak di EKG ta? Akhirnya di EKG aja, waktu EKG walaupun belum acls, tapi Stemi dan Non stemi ngerti banget. dan itu mengarah ke stemi, kemudian langsung buka guideline perki, browsing.

Kemudian saya pakai semua yang ada disitu, cuma ada ebberapa obat yang memang tidak punya, jadi saya berikan apa yang ada disitu. Saya melihat proses dari pasien itu masih duduk, masih ngobrol di UGD, terus serangan ulang di ruangan, dan meninggal di depan saya. pertama kali saya melihat orang serangan jantung didepan saya sendiri dan meninggal, karena saya tidak mengerti harus saya apakan lagi. Karena sudah tidak ada obat yang lebih dari itu disana. Sejak saat itu saya berharap saya bisa jantung. Dan kenapa saya ambil UB, karena saya merasa nyaman saja di Malang. Bagaimana dengan anak anak nanti, tapi dari suami bilang nanti kan ada ibunya suami.

Kemudian ditanya kegagalan yang pernah diterima, jangan pernah bilang tidak pernah. Apapun kegagalannya, sekecil apapun, kita harus bilang kalau kita pernah bilang. Kalau saya dulu pernah gagal di cpns. Kemudian ditanya seputar pembiayaan, nanti ditanya pakai biaya pribadi atau beasiswa? Kemudian ditanya apa kontribusi terhadap jantung? Ini pertanyaan yang mungkin akasn susah bagi orang yang tidak punya tulisan, jurnal atau magang. Tapi saya punya poin plus yaitu membuat layanan treadmill. Kebetulan di papua barat tidak ada treadmill waktu itu, warga papua misal mau treadmill harus ke Jakarta, dan saya membantu membuat layanan itu jadi itu salah satu kontribusi saya. Maksud saya pikirkan apapun itu, jadikan sebuah kontribusi ke jantung. 

Tipsnya : 

  1. luruskan niat terlebih dahulu, kalau kata senior kalau diniatkan memang untuk menolong orang, yaa insya Allah diterima. Dan niat ini harus dipegang seterusnya, karena dalam sebuah perjalana kerja atau karir, hampir dipastikan akan ada konflik atau masalah yang terjadi yang dapat menyebabkan niat kita akan diragukan sehingga kita harus mengingat niat awal kita apa. 
  2. Pahami sesungguhnya apa mimpi kita. jaman dulu pikiran saya sebelum ingin jadi dokter spesialis dan sebelum bertemu pasien yang meninggal karena serangan jantung, jadi dokter umum itu tidak memungkiri kalau pas di RS kita jadi dokter UGD, rasanya seperti bawahan, dipindah pindah kesana kemari jadi tidak punya tempat yang tetap, yaa sesuai kebutuhan RS. Waktu itu sempat kepikiran jadi spesialis THT, karena dulu pernah di poli THT, Mata, IPD, saraf atau semua poli kayaknya. Kemudian visitnya, visit saraf, penyakit dalam, apa sajalah karena memang dokternya tidak ada. Hingga bertemu dengan pasien jantung yang meninggal, disitu saya membulatkan tekad untuk masuk jantung.
  3. Mencari resti suami/orang tua. Restu disini penting sekali baik dari pasangan atau orang tua, karena kalau tidak ada restu nanti pasti ada saja halangannya. Kadang ketika sudah mendapat restu pun kadang ada juga kendalanya. Misal sudah punya anak, kadang berpikir 2 kali, meyakinkan diri, ini beneran mau berangkat sekolah apa tidak. Ya pada akhirnya berdoa, dan pasrah. Kalau Allah sudah meluluskan, berarti yaa memang ini jalannya. 
  4. Berdoa jika mimpi ini baik, maka izinkan saya meraihnya serta saya titipkan keluarga saya dalam penjagaanNya. 
  5. Cari info formasi/kebutuhan daerah/RS. 
  6. Lakukan step by step. Dulu ada yang bilang, mau belajar apapun, mau belajar materi kardio sebanyak apapun, mengerti pertanyaannya sebanyak apapun, kalau tidak lulus TPA atau Toefl maka tidak akan lulus. Jadi sarannya lakukan step by step.
  7. Toefl : lakukan uji diri dengan ikut tes toefl ITP ETS. 

Terakhir, bermimpi, berkaca, berdoa, berusaha dan percayakan segalanya hanya kepada Allah. jadi PPDS itu tergantung dari rezeki dan harus dipersiapkan, jadi persiapkan jauh jauh hari seperti surat rekomendasi, sertifikat2 lain yang dibutuhkan. Kalau saya dulu membawa treadmill maka saya ditanya seputar treadmill. Begitu juga misal kita punya publikasi, nanti akan ditanya seputar publikasi yang dibuat. Artinya, punya publikasi jurnal ilmiah, nanti akan menambah nilai. Karena nanti akan ditanyakan publikasi apa yang sudah pernah dibuat. Jadi sangat disarankan agar dipersiapkan jauh jauh hari. Ini salah satu bentuk kontribusi kita ke kardiologi. Kemarin teman saya yang diterima, ada yang dosen, ada yang sudah pernah magang, dan ada juga yang PPUK. 

Tambahan : Nanti akan ditanya tempat kembali setelah PPDS, itu harus ada. Makanya nanti harus cari info formasi kebutuhan daerah, biar kita nanti tidak terkatung katung, kalau beliaunya mengerti kalau kita tidak punya tempat kembali, kayaknya kurang dapat nilai plus. 

Berikut adalah poin-poin penting terkait PPDS Kardiologi Universitas Brawijaya berdasarkan pengalaman yang dijelaskan:

1. Proses Pendaftaran dan Seleksi

  • Pendaftaran: Ada dua periode pendaftaran, Januari (1 Juni – 31 Juli) dan Juli (1 Desember – 31 Januari).
  • Seleksi Berkas: Pastikan berkas lengkap sesuai dengan persyaratan yang tercantum di website. Poin penting seperti IPK rata-rata (dari sarjana kedokteran dan profesi), sertifikat UKDI, dan untuk ASN surat izin belajar.
  • Peluang Pendaftaran: Penerimaan dilakukan berdasarkan kuota tiap periode (Januari, Juli), dan ada persaingan antara PPUK dan reguler.

2. Tahapan Seleksi

  • Tahap 1: Pendaftaran dan verifikasi berkas.
  • Tahap 2: Tes kesehatan, psikologi/psikiatri, Toefl, dan TPA. Nilai minimal untuk Toefl (reguler 475, PPUK 450) dan TPA (reguler 500, PPUK 475).
  • Tahap 3: Tes tulis (essay dalam bahasa Indonesia) yang mencakup soal teori dan kasus klinis. Persiapkan bahan belajar seperti Guideline Perki, ESC, Pathophysiology Leonard S. Lilly, Materi ACLS, dan EKG.

3. Persyaratan Tambahan

  • ACLS: Disyaratkan bagi pendaftar reguler, bisa yang expired.
  • EKG Perki: Maksimal dua kali pendaftaran.
  • Tes Audiometri: Persyaratan baru yang perlu dilengkapi.
  • Rekomendasi Organisasi Profesi: Bila ada, disarankan untuk dilampirkan.

4. Proses Wawancara

  • Wawancara Online dan Offline: Online lebih fokus pada pertanyaan pribadi, sementara wawancara offline lebih teknis dengan pertanyaan dari banyak penguji, termasuk profesor.
  • Pertanyaan Umum: Mengapa memilih Kardiologi? Mengapa UB? Pembiayaan? Tentang keluarga dan pengalaman kerja. Jawaban harus jelas, sopan, dan tidak berlebihan.
  • Tips Wawancara: Jawab sesuai pertanyaan, jangan ragu, dan jika tidak mengerti jawab apa adanya.

5. Materi dan Persiapan Ujian

  • Tes Tulis: Soal-soal tentang anatomi, fisiologi, dan kasus terkait Kardiologi.
  • Materi yang Disarankan: Fokus pada materi dasar, tidak perlu mendalami hal yang terlalu teknis. Buku referensi yang disarankan:
    • Guideline Perki
    • Guideline ESC
    • Pathophysiology Leonard S. Lilly
    • Materi ACLS
    • Materi EKG

6. Pengalaman Pribadi dan Kontribusi

  • Kontribusi Praktik: Pengalaman dalam membangun layanan treadmill di Papua Barat dan kontribusi pada puskesmas yang mendapat akreditasi paripurna.
  • Pentingnya Kontribusi: Selalu pikirkan kontribusi yang dapat ditunjukkan dalam kardiologi, baik itu pengalaman kerja, pelatihan, atau inovasi yang relevan.

7. Persiapan Mental dan Keuangan

  • Dari Dalam Diri: Pastikan niat untuk menolong orang dan menyelesaikan masalah kesehatan.
  • Mempersiapkan Keuangan: Persiapkan anggaran dan sumber dana (biaya pribadi atau beasiswa) dengan baik.
  • Restu Keluarga: Pastikan mendapatkan dukungan dari pasangan dan keluarga.

8. Rencana Masa Depan

  • Tempat Kembali Setelah PPDS: Carilah informasi tentang formasi atau kebutuhan daerah/rumah sakit untuk memastikan ada tempat kerja setelah PPDS.
  • Tantangan Keuangan: Pertimbangkan segala aspek pembiayaan dan dukungan yang akan dihadapi selama program.

9. Tips Umum

  • Persiapkan Dokumen Jauh-jauh Hari: Seperti surat rekomendasi dan sertifikat yang dibutuhkan.
  • Lakukan Tes Step-by-Step: Persiapkan untuk lulus tahap demi tahap, terutama Toefl dan TPA.
  • Berdoa dan Percaya: Yakin bahwa segala sesuatu sudah diatur oleh Allah dan harus diikuti dengan usaha dan doa.

Dengan memahami dan mempersiapkan semua tahapan dan persyaratan yang ada, peluang untuk diterima dalam program PPDS Kardiologi Universitas Brawijaya akan semakin besar.

Daftar Sekarang!

Bergabung dengan DokterCares Untuk persiapan PPDS