11 April 2025 • Kulit Universitas Airlangga
Bagi seorang dokter, PPDS merupakan sebuah mimpi yang ingin diwujudkan setelah lulus dan internship. Salah satu PPDS yang bisa menjadi pilihan adalah PPDS Kulit dan Kelamin, atau yang saat ini biasa dikenal dengan Dermato Venereologi.
Salah satu center yang membuka PPDS bidang tersebut adalah PPDS Dermato Venereologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
Hal pertama yang harus menjadi perhatian bagi kita jika kita ingin mendaftar menjadi PPDS Dermato Venereologi adalah syarat kelengkapan administrasi. Syarat kelengkapan administrasi ini bisa berbeda tiap universitas, dan bisa dilihat di website masing - masing universitas.
Untuk syarat kelengkapan administrasi di Universitas Airlangga, ada syarat umum dan syarat khusus. Kemudian, peserta harus memiliki pengalaman kerja atau magang selama 1 tahun, baik pengalaman kerja atau magang di universitas, rumah sakit, puskesmas, maupun di klinik swasta atau umum.
Setelah itu ada syarat rekomendasi. Saat mendaftar, peserta diminta untuk membuat CV yang di dalamnya ada rekomendasi, baik rekomendasi dari dokter, rumah sakit, maupun dari daerah (bagi peserta yang berstatus sebagai ASN).
Selanjutnya adalah tes kesehatan dan tes psikologi. Kedua tes ini akan menjadi landasan bagi peserta, apakah bisa lolos ke tahap selanjutnya atau tidak.
Setelah peserta dinyatakan lolos pada syarat kelengkapan administrasi, tahap selanjutnya adalah Tahap - Tahap Ujian. Tahap - Tahap Ujian ini terdiri dari 2 tahap, Tahap 1 terdiri dari Ujian TPA dan Bahasa Inggris, dan Tahap 2 terdiri dari Ujian Bidang, Tes Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI), dan Tes Wawancara.
Untuk Ujian BIdang, materi soal ujian menggunakan Bahasa Inggris. Bobot soal Ujian Bidang relatif tidak sulit karena tidak jauh dari kompetensi 4a dan 3b dokter umum, dan paling jauh 3a, yang mana hal itu merupakan hal yang wajib dikuasai oleh dokter umum.
Contoh soalnya antara lain: apa penyebab tersering dari penyakit kanker, derajat luka bakar pada pasien, dan pertanyaan tentang pengetahuan dasar lainnya. Sebagai persiapan, peserta bisa belajar lebih dalam tentang Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI), tentang penyakit pada Kompetensi 4a, 3b, dan 3a.
Untuk Tes MMPI, peserta akan diwawancarai oleh dokter SPKJ untuk memeriksa kepribadian peserta, apakah peserta memiliki gangguan mental atau tidak.
Jika hasil tes menunjukkan bahwa peserta memiliki gangguan mental seperti depresi, mudah menyakiti diri sendiri saat tertekan atau stres, maka kecil kemungkinan peserta akan diterima PPDS.
Pada beberapa universitas selain Universitas Airlangga, ada ujian tambahan yaitu Ujian Jurnal Review, yaitu membaca sebuah jurnal dan menyimpulkan isi jurnal tersebut sesuai kaidah yang berlaku.
Adapun tips menghadapi seleksi masuk PPDS, yang pertama, peserta harus membulatkan tekad terlebih dahulu. Menempuh studi PPDS, terutama di centre Dermato Venereologi, bukan merupakan hal yang mudah.
Akan banyak tantangan dan lika liku yang peserta hadapi, banyak sedih dan duka, dan hal - hal yang sangat menguras tenaga dan pikiran.
Peserta harus memastikan bahwa PPDS ini merupakan pilihan yang benar - benar peserta inginkan. Hal ini karena ada beberapa kasus peserta didik PPDS yang berhenti di tengah jalan karena tekad yang kurang kuat.
Tentunya hal ini sangat disayangkan dan jangan sampai terjadi pada peserta. Untuk itu peserta harus menggali lebih dalam tentang motivasi memilih bidang Dermato Venereologi, apa yang ingin dicari, dan ingin menjadi seperti apa nantinya.
Hal - hal yang bisa dilakukan untuk menumbuhkan tekad dan niat adalah peserta mengikuti kegiatan berupa seminar (baik offline atau online seperti webinar), membuat karya ilmiah, dan aktif dalam kegiatan sosial. Untuk kegiatan sosial, terkadang ditanyakan oleh tim penguji saat tes wawancara.
Untuk bisa menghadapi Ujian Seleksi PPDS dengan baik, tentunya peserta memerlukan cara atau strategi yang perlu disiapkan. Strategi tersebut antara lain:
Baca Textbook
Untuk kalangan dokter, penguasaan materi dari textbook merupakan suatu keharusan. Yang dimaksud dengan menguasai materi adalah peserta tidak harus hafal seluruh isi textbook, namun paling tidak paham isinya atau minimal sudah pernah membaca.
Baca Jurnal
Baca jurnal bukan merupakan hal yang wajib dikuasai peserta. Namun jika peserta bisa membaca atau paham tentang jurnal tertentu, maka itu akan menjadi nilai tambah saat seleksi.
Ikut Bimbingan Belajar
Peserta bisa bersiap menghadapi ujian seleksi dengan ikut bimbingan belajar, misalnya dokterpost. Hal ini bisa merangsang peserta untuk belajar lebih giat karena, selain peserta disajikan dengan soal - soal latihan, peserta juga akan melihat bahwa peserta bimbingan lain bisa mengerjakan soal dengan baik, dan itu bisa memacu untuk belajar lebih giat.
Drill Soal Latihan
Pada strategi ini, peserta bisa melihat dan mengerjakan soal - soal dari buku - buku latihan, kemudian mencari jawaban dengan belajar dari buku - buku textbook. Rekomendasi buku yang bisa dipelajari antara lain: Buku Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Terbitan Universitas Indonesia, Buku Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Terbitan Universitas Airlangga, Buku Panduan Praktik Klinis Terbitan Persatuan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI) Tahun 2017.
Membuat Kelompok Belajar
Terkadang belajar dalam jangka waktu yang lama, misalnya 1 tahun, bisa membuat semangat peserta menurun. Dengan membuat kelompok belajar, hal tersebut bisa diminimalisasi karena anggota kelompok belajar bisa saling menyemangati untuk terus belajar.
Kemudian selain hal - hal tersebut di atas, yang bisa menjadi nilai tambah saat ujian masuk PPDS pada umumnya (bukan hanya di bidang dermato venereologi saja) adalah peserta memiliki jurnal atau karya ilmiah.
Kepemilikan karya ilmiah pada peserta merupakan perwujudan pada tingkat minat peserta akan suatu bidang, yang pastinya akan menjadi pertimbangan bagi tim penguji.
Kemudian, tahap tes yang harus dihadapi peserta adalah Tes Wawancara. Saat menghadapi tes wawancara, ada hal yang bisa kita jadikan pegangan, yaitu study hard, be confident, and stay humble, karena di atas langit masih ada langit.
Pada tes wawancara Ujian Masuk PPDS Dermato Venereologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, jumlah tim pewawancara sebanyak 6 orang, terdiri dari Kepala Program Studi, Sekretaris Program Studi, Kepala Departemen, dan 3 diantaranya dari departemen yang berbeda - beda.
Pertanyaan - pertanyaan yang sering diajukan saat wawancara antara lain:
mengapa peserta memilih bidang Dermato Venereologi.
apa motivasi peserta memilih bidang Dermato Venereologi.
bagaimana kepribadian peserta.
apakah peserta bisa bekerja di dalam tim.
bagaimana support system atau dukungan dari orang - orang terdekat yang dimiliki peserta (orang tua, suami atau istri)
jika peserta melampirkan karya ilmiah dan sertifikat seminar akan ada pertanyaan lebih lanjut tentang karya ilmiah dan sertifikat tersebut, seperti karya ilmiah yang dilampirkan membahas tentang apa, siapa yang menjadi narasumber saat seminar, seminar tersebut membahas tentang apa, dan pertanyaan sejenis. Untuk itu, peserta sebaiknya lebih memperhatikan karya ilmiah dan sertifikat seminar yang dilampirkan karena akan dipertanggungjawabkan saat wawancara.
kondisi keuangan atau pembiayaan selama studi PPDS.
Selain pertanyaan - pertanyaan tersebut di atas, akan ada pertanyaan - pertanyaan bersifat advance yang bergantung dari jawaban peserta.
Misalnya jika peserta diberi pertanyaan tertentu dan menjawabnya, peserta akan terus dikejar dengan pertanyaan - pertanyaan lanjutan sampai peserta tidak bisa menjawab lagi atau mentok.
Untuk itu peserta perlu menyiapkan dan mengantisipasi pertanyaan - pertanyaan yang akan ditanyakan saat tes wawancara tersebut.
Pada ujian wawancara, di Universitas Airlangga menggunakan Bahasa Inggris namun tidak keseluruhan, hanya sebagian saja.
Kemudian, saat menjawab pertanyaan saat tes wawancara, sebaiknya peserta menjauhkan diri dari sifat sombong.
Sering ada pertanyaan tentang apa kelebihan peserta, apa yang peserta bisa berikan untuk dermato venereologi, dan apa yang peserta bisa berikan untuk universitas.
Tetapi ada juga pertanyaan tentang apa yang menjadi kekurangan peserta. Saat mendapat pertanyaan seperti ini, sebaiknya peserta tidak menjawab kalau peserta tidak memiliki kekurangan, karena hal tersebut bukan merupakan hal yang bijak.
Peserta harus bersikap jujur terhadap kekurangan yang dimiliki, dan menjelaskan kepada tim penguji apa yang peserta lakukan untuk mengatasi kekurangan tersebut.
Selanjutnya, selain strategi, tips dan trik tersebut diatas, ada hal penting lainnya yang harus peserta lakukan, yaitu berdoa. Peserta sebaiknya berdoa, mulai dari awal persiapan sebelum tes sampai saat menunggu pengumuman hasil tes, apakah peserta berhasil diterima atau tidak.
Apapun hasilnya, peserta harus meyakini bahwa itu hal yang terbaik baik peserta. Selain berdoa, peserta juga sebaiknya meminta restu dari orang - orang terdekat, seperti orang tua dan suami atau istri (bagi yang sudah menikah).
Hal ini karena, saat peserta menjalani studi PPDS, lingkungan atau orang - orang terdekat tersebut juga akan memiliki pengaruh terhadap kelancaran studi PPDS peserta.
Jika masih ada ketidaksetujuan dari orang - orang terdekat, sebaiknya hal itu didiskusikan kembali agar tidak menghambat proses studi peserta di PPDS.
Sebagai informasi bagi peserta yang akan mendaftar PPDS Dermato Venereologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, kisaran total biaya yang dibutuhkan untuk studi dari awal sampai akhir adalah sebesar Rp 200 - 250 juta.
Sebagai bahan pertimbangan bagi peserta untuk memilih center PPDS, salah satu peserta didik di PPDS Dermato Venereologi Universitas Airlangga berbagi pengalaman tentang perjalanan beliau dalam memilih center dermato venereologi.
Pada awalnya, beliau tidak langsung memilih center dermato venereologi, tetapi lebih menaruh minat pada center urologi, karena memiliki latar belakang ayah beliau yang juga berprofesi sebagai dokter di bidang urologi.
Namun saat sudah menjadi dokter, dr. Naufal merasa kurang ada kecocokan dengan bidang urologi, dan itu membuat beliau untuk mencari bidang lain yang bisa membuat beliau lebih cocok bagi beliau dalam jangka waktu yang panjang, 20 -30 tahun masa profesi beliau sebagai dokter spesialis.
Beliau juga sempat pindah ke bidang operasi plastik. Namun karena faktor lingkungan yang kurang mendukung, akhirnya beliau memilih untuk mendalami bidang dermato venereologi.
Salah satu faktornya adalah, saat beliau sudah lulus internship dan bekerja selama 2 tahun, dari tahun 2019 sampai tahun 2021, beliau menemukan banyak kasus dermato venereologi pada pasien namun beliau sendiri belum paham tentang hal tersebut.
Ada pasien datang untuk periksa ke dokter dengan keluhan kulit memerah di seluruh tubuh dan terasa gatal. Namun setelah beliau beri obat, sakit tersebut tidak kunjung sembuh, dan akhirnya beliau harus merujuk pasien tersebut ke dokter spesialis.
Hal - hal seperti itu membuat beliau tertantang untuk mempelajari dermato venereologi secara lebih mendalam, karena beliau merasa bidang tersebut merupakan bidang yang unik.
Seringkali bidang dermato venereologi dianggap sebagai prodi yang kecil atau minor di universitas, dan dianggap sebelah mata oleh banyak pihak. Namun jika kita melihat fenomena atau kebiasaan di masyarakat, banyak yang menyepelekan penyakit kulit.
Padahal jika diperhatikan, kulit merupakan organ yang paling besar atau luas pada tubuh manusia, tetapi jarang mendapat perhatian lebih. Berbeda jika seseorang mengalami demam, 1 - 2 hari setelah mengalami gejala, orang akan langsung periksa ke dokter.
Misalnya, ada pasien terkena rabies. Hampir tidak pernah dijumpai, pasien terkena penyakit rabies langsung periksa ke dokter 1 - 2 hari setelah mereka merasa gatal pada kulit. Kebanyakan, pasien periksa ke dokter 2 minggu sampai 1 bulan setelah pasien memiliki keluhan lain, dengan kondisi kulit pasien sudah diberi minyak penghilang rasa gatal, atau bahkan sudah diberi salep yang mengandung steroid, dan hal tersebut membuat kulit pasien jadi bertambah parah, jadi berwarna kehitam - hitaman karena terluka. Tetapi hal yang sama tidak terjadi jika seseorang mengalami gejala gatal - gatal pada kulit.Hal - hal seperti ini yang membuka pemahaman beliau bahwa masyarakat kita memiliki pemahaman yang kurang tepat tentang penyakit kulit, memotivasi beliau untuk mendalami bidang dermato venereologi, dan tujuan utamanya adalah memberi pemahaman yang benar tentang kesehatan kulit kepada masyarakat.
Sedikit di luar topik tentang strategi menghadapi Ujian Masuk PPDS Dermato Venereologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, ada sebuah rumor yang beredar di masyarakat, yang menyatakan bahwa jika seseorang dokter ingin lolos ujian masuk PPDS Dermato Venereologi, yang bersangkutan harus memiliki wajah dan kulit yang bersih, atau kalau jaman sekarang dikenal dengan istilah glowing.
Rumor tersebut muncul karena ada anggapan bahwa dokter spesialis kulit sudah seharusnya memiliki wajah dan kulit yang bersih karena tugas utamanya adalah mengobati penyakit kulit pada pasien. Rumor tidak benar, karena ujian masuk PPDS berbeda dengan ujian masuk profesi tertentu seperti pramugari, yang dari awal memang mensyaratkan hal tersebut.
Tetapi tidak dipungkiri, bisa jadi peserta didik atau dokter - dokter spesial kulit memiliki wajah dan kulit badan terkesan yang lebih terawat, karena mereka memiliki ilmu dan pengetahuan lebih mengenai perawatan kulit, dan kemudian bisa mengaplikasikannya untuk diri sendiri.
Jadi rumor yang beredar tersebut lebih bersifat mitos atau candaan saja. Yang harus dipahami, dermato venereologi bukan hanya tentang estetika saja, tapi jauh lebih luas dari itu.
Sangat tidak disarankan jika ada seseorang ingin mendaftar ke PPDS Dermato Venereologi hanya untuk mendalami bidang estetika kulit, karena bidang estetika kulit hanya sebagian kecil dari bidang dermato venereologi.