11 April 2025 • Kulit Universitas Brawijaya
Jumlah pendaftar pada Centre Dermato Venereologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, rata - rata sebanyak 35 orang per gelombang dan yang diterima sebanyak 4 - 5 orang per gelombang.
Penerimaan dibagi menjadi 2 gelombang: Gelombang Pertama pada Bulan Juli dan Gelombang Kedua pada Bulan Januari.
Salah satu faktor pembagian gelombang tersebut adalah karena faktor usia. Ada beberapa pendaftar yang sudah diterima tetapi berusia terlalu muda dan penerimaannya perlu ditunda.
Sebagai informasi mengenai biaya studi di Dermato Venereologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, pada tahun 2021, untuk biaya masuk sebesar Rp 65 juta, dan SPP per semester sebesar Rp 10 juta.
Untuk lebih jelasnya, informasi tentang biaya dan Pendaftaran di PPDS Dermato Venereologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, dapat dilihat pada website dengan alamat https://ppds.fk.ub.ac.id/
Adapun Syarat - Syarat Administrasi Wajib saat pendaftaran, antara lain:
Curriculum Vitae
KTP / Pas Foto
STR yang masih berlaku
Ijazah yang dilegalisir
Transkrip Nilai yang dilegalisir (dari preklinik dan saat koas)
Surat Ijin Praktek (SIP) sebagai pengalaman kerja
Asuransi Kesehatan (BPJS)
Surat Keterangan Berkelakuan Baik Rekomendasi dari IDI
Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK)
Sertifikat UKDI / UKMPPD
Surat Sehat, Bebas Narkoba, dan Buta Warna
Kemudian ada beberapa Persyaratan Khusus, yaitu:
Usia </= 35 tahun (40 tahun untuk PPUK. Untuk PPUK, pendaftar harus berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil atau Aparatur Sipil Negara)
IPK >/= 2,75 (untuk pendaftar dari universitas swasta dengan akreditasi B, syarat IPK >/= 3)
Tes maksimal 2 kali hingga tahap wawancara
Sertifikat dan Simposium atau Workshop
Surat Rekomendasi Magang (jika ada)
Surat Tempat Kembali (jika ada)
Karya Ilmiah (jika ada)
Pada poin 5, 6, dan 7 diberi keterangan jika ada karena, jika memiliki berkas tersebut, dilampirkan lebih baik, tidak dilampirkan juga tidak apa - apa.
Pada Ujian Masuk PPDS Kulit Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, terdapat 3 Tahapan Tes yang akan peserta lalui, diantaranya:
Tahap 1, meliputi seleksi berkas administratif; Tahap 2 meliputi Tes Kesehatan, TOEFL, TPA, MMPI, dan Psikotes/IQ; dan Tahap 3 meliputi Wawancara dan Tes Tulis. Sistem seleksi pada tahapan - tahapan tersebut adalah sistem gugur.
Jadi jika ada peserta yang tidak lolos pada tahap tertentu, peserta tersebut akan langsung tereliminasi dan tidak bisa melanjutkan ke tahap selanjutnya.
Dari ketiga tahap tersebut, tahap yang paling menyita waktu dan memerlukan biaya lebih adalah Tahap 2, karena prosesnya yang panjang. Faktor tersebut juga menyebabkan banyak peserta yang gugur.
Selain faktor tersebut, pada Tahap 2 Tes, berkas - berkas pendukung dari peserta, misalnya berkas magang, atau karya ilmiah, tidak menjadi perhatian bagi Tim Penguji. Tim Penguji hanya memperhatikan hasil tes peserta pada Tahap 2 memenuhi syarat atau tidak, seperti skor TOEFL, TPA, Psikotes, dan Tes Kesehatan.
Pada Tahap 2 ini, ketentuan untuk Tes Kesehatan mensyaratkan lebih banyak berkas, yaitu Tes HIV, Hasil Rontgen, Tes Darah DL, Tes Darah GDP, Tes Darah G2PP, dan Tes THT. Hal ini membuat Tes Kesehatan memerlukan biaya yang relatif lebih mahal, kisaran biayanya sebesar Rp 1,3 juta pada tahun 2021 (biaya tiap rumah sakit bisa berbeda - beda).
Pada Tes Tahap 3, untuk Tes Tulis, hampir seluruh universitas di Indonesia sudah menggunakan sistem Tes CBT (Computer Based Test), berupa soal pilihan ganda sebanyak 50 soal dalam Bahasa Indonesia, tanpa soal esai. Tipe soal mirip dengan soal Ujian Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter (UKMPPD).
Namun untuk antisipasi ada tidaknya soal esai, sebaiknya ditanyakan kepada senior yang baru saja mendaftar di tahun sebelumnya, karena di Universitas Brawijaya masih ada beberapa fakultas yang menggunakan soal pilihan ganda dan esai saat Tes Tulis.
Adapun rekomendasi buku untuk dipelajari antara lain, untuk TOEFL: Longman, Preparation Course for TOEFL Test dan untuk TPA: TPA OTO Bapenas.
Peserta disarankan untuk sering belajar mengerjakan soal - soal ujian agar lebih bisa memahami pola soal dan cara penyelesaiannya.
Sedangkan buku - buku sebagai bahan belajar tentang dermato venereologi, antara lain : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin (terbitan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia), Fitzpatrick’s Color Atlas And Synopsis Of Clinical Dermatology, dan Intisari Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin (terbitan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya).
Jika seorang peserta mendaftar di centre Dermato Venereologi Universitas Brawijaya, disarankan untuk mempelajari Buku Intisari Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin.
Hal itu karena buku tersebut merupakan buku pegangan di centre Dermato Venereologi Universitas Brawijaya, dan biasanya, saat tes wawancara, ada pertanyaan dari tim penguji tentang apakah peserta sudah membaca atau mempelajari buku tersebut.
Pada Tahap 3, selain Tes Tulis, juga dilaksanakan Tes Wawancara. Dalam tes wawancara, ada 7 penguji yang menjadi pewawancara dan memakan waktu kurang lebih selama 1 jam. Adapun pertanyaan - pertanyaan yang sering ditanyakan saat wawancara antara lain:
mengapa peserta memilih universitas ini.
alasan peserta memilih Dermato Venereologi. Pertanyaan ini bisa dijawab dengan peserta menjelaskan tentang minat peserta terhadap Dermato Venereologi. Selain itu, dengan memperhatikan lingkungan tempat peserta tinggal, apakah sudah ada dokter spesialis di bidang Dermato Venereologi, jika sudah ada, apakah jumlah dokter sudah memadai jika dibandingkan dengan kasus yang ada di daerah tersebut.
bidang apa yang paling diminati peserta di Dermato Venereologi. Jika mendapat pertanyaan seperti ini, peserta bisa menjawab Dermatologi Anak, Dermatologi Kosmetik, atau bidang - bidang lain yang sesuai minat dan ingin dipelajari.
dukungan keluarga peserta dan bagaimana pembiayaan studi. Jawaban peserta pada pertanyaan ini cukup krusial karena akan menjelaskan apakah peserta bisa menempuh studi sampai tuntas atau tidak.
pengalaman kerja dan kasus tentang Dermato Venereologi yang sering dijumpai peserta saat bekerja.
kemana peserta akan kembali setelah studi selesai. Jawaban peserta pada pertanyaan ini sangat penting, karena tim penguji ingin memastikan bahwa setelah lulus peserta sudah memiliki tempat untuk bekerja agar tidak kebingungan mencari pekerjaan.
apakah peserta sering ikut simposium atau workshop Dermato Venereologi. Hal ini akan dibuktikan dengan sertifikat yang dilampirkan peserta.
apakah peserta memiliki karya ilmiah di bidang Dermato Venereologi, misal jurnal nasional maupun internasional, poster, atau pernah menjadi narasumber tentang Dermato Venereologi. Hal itu akan menjadi nilai tambah bagi peserta karena menunjukkan minat peserta dalam bidang Dermato Venereologi.
apakah peserta memiliki bakat, hobi, dan keahlian di bidang lain. Jika peserta memiliki bakat, hobi, atau keahlian lain, disampaikan saja. MIsalnya peserta memiliki keahlian desain grafis, edit video, fotografi, bisa bermain bola basket, dan keahlian - keahlian lain yang sejenis. Hal itu bisa menjadi nilai tambah bagi peserta saat tes wawancara.
Selain 9 pertanyaan yang bersifat umum diatas, ada juga pertanyaan dari tim penguji sesuai dengan sub bagian masing - masing.
Pertanyaan yang diajukan misalnya pertanyaan tentang Dermato Venereologi Anak. Pertanyaan tersebut bisa diajukan dalam Bahasa Inggris, bisa juga dalam Bahasa Indonesia, tergantung dari tim penguji.
Saat wawancara, sebaiknya peserta menjawab pertanyaan dengan jujur. Misalnya saat baru saja permulaan wawancara, tim penguji langsung mengajukan pertanyaan tentang Dermato Venereologi yang cukup sulit dan peserta tidak bisa menjawab.
Jika mendapat pertanyaan seperti itu, sebaiknya peserta menjawab dengan jujur bahwa belum mengetahui atau belum belajar tentang hal tersebut. Karena terkadang tim penguji mengajukan pertanyaan sulit tersebut untuk menguji kejujuran peserta.
Sudah pasti tiap tahapan tes, ada nilai yang harus dipenuhi oleh masing - masing peserta untuk bisa lolos ke tahap selanjutnya. Adapun Syarat Passing Grade pada masing - masing tes antara lain:
Tes Potensi Akademik (TPA) : Minimal 500 (Reguler) dan Minimal 475 (PPUK). Tes TPA dilaksanakan melalui website Universitas Brawijaya, tidak bisa dilaksanakan melalui lembaga dari luar.
Tes TOEFL : Minimal 475 (Reguler) dan Minimal 450 (PPUK). Sama dengan Tes TPA, Tes TOEFL juga dilaksanakan melalui website Universitas Brawijaya, tidak bisa dilaksanakan melalui lembaga dari luar.
Tes Psikologi - Psikiatri :
Physical Quotient Minimal 50
Intelligence Quotient MInimal 90
Tidak boleh terdapat gambaran klinik berupa gangguan psikotik, gangguan bipolar, gangguan kepribadian ambang, dan gangguan kepribadian sosial.
Tes Kesehatan Fisik : Tidak menderita penyakit yang membahayakan diri sendiri dan orang lain yang dapat mengganggu proses pendidikan dan pelayanan.
Agar hasil yang dicapai sesuai dengan yang diharapkan, yaitu peserta bisa lolos seleksi masuk PPDS, calon pendaftar PPDS Dermato Venereologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya harus mempersiapkan diri dengan baik karena tahapan proses seleksi tersebut memerlukan waktu yang panjang, dan tidak jarang bagi sebagian peserta akan terasa melelahkan.
Manfaatkan waktu yang masih dimiliki untuk belajar dengan serius, pelajari soal - soal tentang TPA, TOEFL, materi - materi Dermato Venereologi, serta sering - seringlah mengikuti seminar tentang dermato venereologi.
Jika sudah sering mengerjakan latihan soal, peserta akan menemukan pola pada soal - soal tersebut dan akan lebih mudah untuk menemukan cara penyelesaiannya.