Strategi Belajar Efektif untuk Ujian PPDS Interna UI

4 February 2025 • PPDS Board Interna Universitas Indonesia

Strategi Belajar Efektif untuk Ujian PPDS Interna UI

Tips dan Trik buat jadi PPDS Interna itu perbanyak baca buku dan latihan soal. Adapun buku yang minimal harus dibaca ada buku Panduan Praktik Klinik (PPK) yang warna kuning, buku ini wajib dibaca kalai bisa dibaca 2 sampai 3 kali, diulang ulang. Selain buku PPK bisa juga baca buku PAPDI Ilmu Penyakit Dalam yang 3 jilid, ini kalau memang kalau punya punya banyak waktu luang, misal daftarnya masih 6 bulan atau masih tahun depan, itu bisa baca buku ini. Kalau saya sendiri, untuk buku PAPDI tidak full dibaca, karena tidak cukup waktu, yang dibaca paling cuma materi materi tertentu saja terutama tentang patofisiologi. 

Selain baca buku, bisa juga baca – baca guideline, karena memang baik di UI atau UNS biasanya pake guideline - guideline terbaru. Misal ESC mengeluarkan guideline baru, itu dokter harus cepat cepat baca. Karena biasanya mereka pake sesuatu yang paling baru. Termasuk untuk Malaria, kalau UI lebih pakai yang Gebrak Malaria, lalu untuk Diabetes Mellitus, patofisiologinya pakai yang 11, bukan yang 8 lagi. Artinya selain baca PPK bisa baca guideline terbaru, baik dalam negeri atau luar negeri. Lalu untuk mendapat yang terbaru, bisa dengan ikut webinar – webinar terbaru, misal PIT, dll. 

Kemudian untuk osce, nanti bisa baca buku anamnesis dan pemeriksaan fisik, kalau rajin dan punya waktu yang lebih banyak bisa baca bukunya Barbara Bates, bukunya besar dan lengkap seperti pemeriksaan pemeriksaannya. Kalau saya sendiri orangnya, kalau ada yang kecil kenapa harus baca yang besar. Kebetulan di Ui ini ada yang namanya osce, kemudian untuk UGM dan UNS sepertinya belum ada osce, jadi masih ujian tulis saja. 

Sebelum masuk ke ujian tulis, pertama daftarnya di SIMAK UI serta toefl. Ujian TPA, ujian ini nanti kalau tidak salah ada 3 part, sedikit saran ketika ujian TPA jangan semua dijawab, yang dijawab yang pasti pasti saja atau dijawab yang bisa saja. Untuk tes logika harusnya tidak susah, cuma untuk bagian menghitung yang susah, jadi dijawab sebisanya. Sedangkan untuk toefl, boleh dijawab semua, untuk yang tidak tahu bisa langsung tembak saja jawabannya, karena disini tidak ada sistem minus. Sedikit informasi, untuk tes toeflnya yang bikin susah itu karena banyak kata katanya yang aneh. Jadi harus rajin – rajin baca koran, atau novel juga boleh atau boleh juga nonton Netflix. Terserah yang mana saja, yang penting kayak sudah tahu kata – kata yang aneh – aneh yang kemungkinan keluar di ujian. Ujian toeflnya lebih susah dari ITP. Saran lainnya, koneksi harus kuat, jangan cuma tethering HP. Disarankan pakai wifi, kalaupun mau pake tethering HP, kalau bisa ada 2 simcard. Karena kan kalau hujan tiba – tiba jaringannya down. Belum lagi misal SIMAK nya ada kendala. 

Sedikit tambahan, terkait persyaratan sertifikat toefl, saya sih pakai ITP dari Lia pramuka, kalau ITP dari mana itu tergantung bagian masing masing, kalau rata - rata anak interna UI, ITP boleh dari LBI, LIA Pramuka, LBI UI Salemba, kalau memang pesertanya jauh, itu LBI UI sekarang sudah bisa online. Untuk lembaga lain saya kurang tahu, yang pasti saya sendiri dari LIA pramuka. Untuk lebih jelasnya bisa ditanya langsung ke bagian administrasi PPDS. Kalau saya dari LIA pramuka karena menurut saya itu lebih mudah dari LBI UI.

Masuk ke ujian teori, ujian teorinya nanti kita datang ke UI dan disana nanti kita pakai computer disana. Ujian teorinya full pilihan ganda, dengan jumlah 100 soal dan dengan waktu (kalau tidak salah) 100 menit denagn asumsi 1 soal dikerjakan dalam waktu 1 menit. Sehingga harus dibaca cepat. Kalau memang mau mengulang baca, ya langsung mengulang. Kemudian misal tidak tahu mending langsung diskip saja. Soalnya lebih mirip dengan soal ujian board, lebih ke kasus panjang, maksudnya setiap soal selalu pakai kasus, serta menggunakan bahasa indonesia. Ujiannya tidak ada essay, begitu juga jurnal reading, tidak ada. 

Materi untuk ujian tulis, ada beberapa penyakit yang harus dihafal walaupun tidak harus dihafal banget, minimal kita tahu step – stepnya. Misal ada beberapa step, paling tidak kita tahu sampai step pertama dan keduanya. Misal seperti asma, kalau eksaserbasinya gimana? Kalau di Interna kan ada beberapa divisi, kalau divisi paru yang banyak keluar biasanya PPOK, Asma dan TB. Untuk PPOK biasanya ada guideline gold atau asma gina, ini kalaiu ada waktu yang cukup, boleh dibaca. Tapi kalau tidak sempat, cukup baca buku PPK yang kuning saja. 

Masuk ke divisi hematoonkologi, untuk divisi ini yang wajib dihafal ada Anemia, Leukemia, dan Thalassemia. Jadi berbagai macam Anemia dan Leukemia kalau bisa dihafalin, karena pasti keluar untuk hematoonkologi. Lalu divisi Kardiologi, kalau EKG wajib, begitu juga kita sebagai dokter umum juga pasti belajas EKG, seperti di IGD dan kerja di Klinik pasti sudah pernah baca EKG, EKG disini tidak akan sampe yang ribet, paling ya SVT, HF, dan lebih ke arah – arah alur ACLS saja. Kemudian Stemi dan NStemi, lebih ke tatalaksananya, dan CHF ini juga banyak keluar. 

Dari bidang Geriatri yang sering keluar Geriatri Giant entah itu kayak Imobilisasi, Inkontinensia dan banyak lagi. Untuk Geriatri misal daftarnya masih lama, bisa baca buku IPD 3 jilid, tapi kalau sudah mepet cukup baca PPK dan buku geriatrinya prof. Siti Setiati yang warna coklat, yang gambar wayang. 

Selanjutnya untuk Introp, untuk ini sebenarnya banyak tidak hanya malaria dan dengue saja, kalau Malaria bacanya dari buku Gebrak Malaria (keluaran kemenkes) yang ada gambar nyamuknya, ini yang terbaru dibanding PPK yang kuning, yang paling baru dari buku Gebrak Malaria. Kemudian untuk dengue, cukup yang ada disitu, seperti tifoid, rabies, dan macam macam. Cuma kalau introp, biasanya sih karena sudah sehari hari kita sebagai dokter umum mengerjakan, jadi insya Allah bisa mengerjakan lah yang introp. 

Lalu alergi imunologi, ada syok anafilaksis dan HIV AIDS, ini yang paling sering keluar. Untuk syok anafilasksis, biasanya sampai bagian - bagian terapi. Kemudian untuk HIV, tergantung masing masing universitas. kadang ada yang sampai stadium saja atau misalnya masalah bagian tertusuk jarum gitu. 

Divisi Endokrin Metabolik ini yang pasti dan wajib dipelajari ada Diabetes Mellitus (DM) dan tiroid. DM itu wajib hafal banget, ada guidelinenya juga tahun 2019 dari perkeni yang ada gambar indonesianya warna merah. Kemudian untuk tiroid bisa baca dari buku PPK kuning, ini sudah cukup. kalau tiroid bisa dibilang susah atau karena saya sendiri sebagai dokter umum jarang menemui kasus tiroid, jadi untuk tema ini agak kaku sehingga bener bener menghafal. 

Divisi Hepato, yang sering keluar hepatitis B dan Hepatitis C. Untuk Hepatitisnya ini disana sudah ada HBV DNA nya pasien berapa. Kemudian fase – fase juga banyak keluar, seperti imunotoleran, imuno cleareance, jadi kayak harus hafal SgOT naik itu pas kapan, SgOT normal pas kapan, dan HBV DNA mulai keluar kapan, lalu terapinya bagaimana. Cuma yang paling sering kalau Hepatitis B yaitu, terapi misal dia ibu hamil, jadi Hepatitis B ini harus hafal banget. Sedangkan untuk Hepatitis C, paling tidak kita mengerti. 

Masuk ke Divisi Psikosomatik, ini ada delirium dan anxiety. Untuk Gastoenterology meliputi tukak peptic, diare, colitis ulseratif dan chron disease. Ini topik topik yang dihafalkan, untuk dyspepsia, mungkin jarang, tapi kemungkinan keluar pasti ada. Divisi Reumatologi, yang sering OA, AR dan Spondilartropati. Semua ini ada guidelinenya dari Indonesian Rheumatology Association (IRA), misal kita lihat di google playstore juga ada aplikasinya sendiri namanya reumatik autoimun. 

Divisi Ginjal Hipertensi, terdapat Hipertensi, AKI/GGA dan PGK. Untuk Hipertensi sudah pasti keluar, misal obat yang tidak boleh buat penyakit ini apa dan yang boleh apa. Lalu AKI dan penyakit ginjal kronik itu juga keluar, stadium stadiumnya sih biasanya. Kalau tidak salah ada yang dari UKDI juga tapi tidak usah sedetil itu. Cukup dibaca baca saja, maksudnya tidak usah sampai detil banget, sampai baca 1 guideline full, kecuali kalau memang ada waktu yang cukup.

Tips : 

  1. Baca guideline terbaru
  2. Baca buku buku sesuai univ yang dituju. Misalnya, kalau tujuannya UI dan Unair, itu kan ada ebebrapa buku yang beda. 
  3. Baca soal soal dokterpost. Soal soal dokterpost ini menurut saya membantu, karena mengerjakan soal ini akan membantu ke pola pikir. Jadi seperti, soal ini lebih ke arah mana, dan nanti akan dijelasin gejala gejalannya agak agak nyaruk. 
  4. Berdoa kepada Allah SWT. 

Menyambung pembahasan diawal tadi, kalau di UI nanti ada osce. Kalau kemarin, oscenya online juga, kemudian cari probandus sendiri, oscenya boleh dimana saja, baik di klinik atau rumah sakit, jadi tidak langsung ketemu dengan konsulen. Pengalaman saya kemarin, probandusnya pasangan sendiri, jadi tdak ribet. Karena nanti dimintanya cowok karena kan buka baju. Sedikit saran, kalau bisa pas osce beli mic wifi jadi dipasang di HP dan di kerah baju, tapi tetep tanya atau izin dulu ke penguji, takutnya dikira curang. Tapi kan padahal itu cuma wifi sehingga suara kita lebih jelas. Dan pastikan koneksinya lancar.

Saat osce nanti pertama perkenalkan diri, lalu cuci tangan, cuci tangan ini wajib dan harus kelihatan kamera, lalu kalau anamnesis tidak usah, nanti langsung saja misal “bapak nyeri yaa dibagian sini, ini kita mau melakukan ini yaa” jadi kayak osce waktu UKMPPD kali yaa, jadi ngomong terus sendiri aja. Kemudian nanti lakukan apa yang diminta, kalau memang tidak disuruh yaa tidah usah. Kemudian untuk ujian osce nanti itu kalau tidak salah ada 7 station dan 1 station itu durasinya antara 6 sampai 7 menit, itu beda beda, mulai dari abdomen, paru, jantung, dll. Nanti ketika osce, tergantung temuan patologisnya, misal kasusnya asites ya bilang ceritanya nemuinnya yang asites. 

Masuk ke ujian wawancara, Tips dan trik untuk menjawab wwancara, pertama jangan gugup. Karena pewawancara tidak suka misal mejawabnya gugup atau terbata bata. Kalau yang mewawancarai kita itu prof, pasti habis kita jawab satu, langsung tanya selanjutnya. Kemudian selama pandemi kemarin wawancara nya online. Tapi kalau di UNS kemarin sempat ada yang datang, jadi tidak full online.

Wawancara dilakukan oleh 4 hingga 5 konsulen dengan 2 profesor  Persiapan sebelum ujian wawancara, yang pasti berdoa, kemudian ngetik - ngetik bikin konsep tentang pertanyaan2 yang biasanya ditanyakan saat wawancara. saya bikin konsepnya pakai bahasa inggris. Karena saya tidak jago, jadi agak agak menghafal. Kemudian untuk tips mendapatkan nilai tinggi saat wawancara, yang pasti percaya diri saja  dulu, mau jawabannya benar atau salah, kalau percaya diri pasti kelihatan kalau dokter itu menjanjikan untuk menjadi dokter spesialis. 

Wawancaranya nanti tidak sepenuhnya pakai bahasa inggris, berdasarkan pengalaman kemarin, pas awal – awal pakai bahasa inggris, kemudian pakai bahasa Indonesia. Tapi semua tergantung yang mewawancarai. Kalau dulu ada senior mungkin karena memang pintar dan toeflnya tinggi jadi wawancaranya full inggris. Yaa persiapkan untuk kemungkinan terburuknya juga lah. 

Terkait pertanyaan, di UI sendiri untuk wawancara misal perempuan ditanya seputar anak, kemudian pasangan, baik yang sudah menikah atau belum nanti akan ditanya pasangan sudah siap apa belum?. Jadi untuk wawancara ini ditanyanya lebih banyak ke personality. Untuk materi nanti juga ditanya tapi cuma kasus apa yang pernah didapatkan selama praktik dan bagaimana cara menanganinya atau pakai terapi apa? Lalu ditanya juga kenapa pakai terapi itu? Lalu jelasin kemana mana, patofisiologinya atau yang lainnya. Saran : pertanyaan pas wawancara dijawab sesuai apa yang kita tahu saja. Maksudnya, misal kita tidak tahu HCC, yaa jangan bilang kalau kita dapat pasien HCC. Karena misal kita bilang kalau pernah dapat pasien HCC, kemudian nanti ditanya seputar HCC, kita malah bingung. 

Nanti juga akan ditanya kenapa univ harus menerima kita? apa yang spesial dari diri kita? apa inovasi yang bisa kita buat? Ini pertanyaan yang pasti ditanyakan baik yang sudah bepasangan atau belum. Lalu ditanya juga, misal sudah jadi internis mau nggak misal mengabdi ke tempat terpencil?

Intinya ketika menjawab wawancara itu lebih ke bagaimana cara kita menjual diri kita, bukannya memuji diri sendiri. Maksudnya lebih ke kelebihannya dokter apa? Kalau bisa untuk kelebihan itu yang ada contohnya. Misalnya, punya pengalaman yang banyak dan pernah PTT di Papua selama 3 tahun sehingga punya pengalaman yang unik. Kalau saya pribadi dulu jawabnya lebih ke saya orangnya mau belajar dan belajar terus, bisa bekerja sama dnegan tim. Karena kalau kita PPDS itu butuh tim, tidak bekerja secara individualis. 

Misal ditanya seputar kekurangan, nanti dijawab jujur saja tapi jangan sampaai kekurangannya yang aneh aneh gitu. Untuk kekurangan ini agak susah kalau kemarin saya sendiri bilangnya saya suka sesuatu yang detil sehingga lama, jadi saran saya, cari keterangan yang lebih aman saja. Karena nanti pas wawancara, serang mental banget. bukan masalah materi tapi lebih ke percaya diri nggak sih jawabnya. Kalau saya kemarin, dari awal perkenalan, ngomongin masalah anak, keluarga sampe masalah instagram dibahas juga. Jadi perkenalan, kasus, pembiayaan (ini pasti ditanya, maksudnya mau biasa atau khusus, kemudian misal dipndah ke khusus mau nggak?), kemudian ditanya publikasi (sudah sampai mana, sudah pernah apa?), lalu kekurangan. Jawabannya tergantung individu masing masing, saran saya pas wawancara banyak banyak berdoa karena tidak ada yang tahu, profnya mau ngomong apa. Dan setiap peserta pasti beda beda pertanyaannya.

Intinya kalau wawancara itu apa yang kita jawab, nanti akan ditanya lagi apa jawaban kita itu, jadi harus bisa mempertanggung jawabkan apa yang kita sampaikan. Misal kita bilang, kekurangan saya, saya orangnya perfeksionis. Nanti profnya bilang, perfeksionis itu kan kelebihan kenapa kamu bilang kekurangan. Jadi kalau kata - kata yang dipersiapkan kalau bisa diketik dulu. jadi memperkirakan apa saja, pertanyaan apa saja yang biasanya ditanya, lalu sudah mempersiapkan jawaban. Sehingga nanti ketika menjawab kita tidak terbata bata. Apalagi misal kita dapat penguji yang pakai bahasa inggris, jadi saran saya mending diketik dulu. biarpun nanti entah hafal atau tidak paling nggak pasti ada yang diingat kata katanya.

Publikasi jurnal ini akan menjadi poin plus karena nanti akan ditanya juga, pernah publikasi apa tidak? Baik itu poster, penelitian atau magang, itu ditanya. Kemudian misal tidak ditanya, mending bilang karena itu menjadi poin plus. Jadi tidak harus bisa berapa jurnal, dan beliau tidak akan tanya penelitian kita sampai segimana. Jadi kalau pernah bikin penelitian atau poster, yaa disampaikan saja. Ketika pembahasan sudah kearah penelitian. Jadi tidak ada minimalnya, tapi kalau bisa paling nggak ada lah. Jadi punya publikasi jurnal ilmiah, membantu menambah nilai. Tapi tetep yang utama, meskipun jurnal Ilmiahnya sampai internasional kalau misal ada nilai yang kurang, tetep tidak masuk. 

Nanti akan ditanya juga mengenai rekomendasi, surat rekomendasi ini mungkin tidak diminta, tapi misal punya akan lebih bagus dan nanti akan ditanya, mau kembali kemana setelah ini? Lalu pertanyaan seputar covid, kemarin sempat ditanya sudah tahu lagi covid masih mau ikut PPDS itu kenapa? Kalau untuk ujian tulisnya kemarin tidak ada tentang covid. Tapi nanti bisa jadi ada, karena guideline terbarunya yang jilid 3 sudah keluar dari PAPDI. 

Kemudian untuk PNS apakah ada prioritas, saya kurang tahu, cuma mungkin untuk utusan daerahnya bisa sampai PNS ke Papua, jelas diutamakan. Artinya, kalau PNS di daerah terpencil, mungkin akan diutamakan. Tapi kalau PNS di Jakarta belum tentu, karena Jakarta kan kota besar. Kemudian di UI tidak harus magang dulu atau tidak ada kewajiban magang dulu. cuma memang kebanyakan yang jadi residen anak magang. Saya sendiri dulu juga magang untuk kardionya. Kalau magang sudah ngerti situasinya gimana, trus dapat guideline - guideline terbaru dari senior senior yang sudah jadi PPDSnya. Kemudian sudah kenal dengan konsulen, sehingga lebih gampang kalau ngapa2innya. Tetep jadi nilai plus, cuma yang pasti kalau di UI, harus lulus SIMAK dulu, kalau simaknya tidak lulus meskipun ujian teorinya juara 1 juga tidak akan lulus. Untuk batas mendaftar di UI, hampir sama dengan semua univ lainnya maksimal 2x percobaan. Sama ini kalau bisa ikut IMELS, karena umumnya yang masuk khususnya angkatan saya sudah pernah IMELS. 

Informasi tambahan, kalau kemarin ditanya lebih ke organisasi, jadi ditanya pernah jadi ketua organisasi nggak? Ketua acara apa? Atau pernah jadi koordinator acara simpo kah? Misal tentang olahraga, yaa seperti pernah jadi ketua basket gitu. Jadi lebih ke leadershipnya yang ditanya. Untuk nilai tetep yang utama nilai ujiannya, sedangkan untuk wawancara menurut saya lebih ke pelengkap, biasanya untuk mengetahui personalitynya. 

Ini juga yang penting yang perlu diketahui oleh teman teman semua, biasanya kalau di UI ada pertanyaan jebakan (kebetulan saya tidak mendapat pertanyaan itu), pertanyaannya, intinya kita harus memilih orang tua atau pasien, yang mana pasien kita sudah sekarat, sedangkan orang tua kita tiba - tiba sesak nafas. Ini harap dipikirkan jawabannya. Karena ada beberapa yang dapat pertanyaan pertanyaan seperti itu. Dan kalau menurut beliau (konsulen yang mewawancarai) salah jawabannya, itu langsung dibilang, kamu ngulang tahun depan saja. 

Tipsnya : untuk pertanyaan seperti itu jawabannya kembali ke norma, karena kan kalau menurut saya disarankan sih, orang tua cuma 1 sedangkan kalau pasien, dokternya banyak. Kita kan kerjasama dalam tim jaga tidak sendiri, jadi ya pasiennya dioper karena kita anak jadi harus berbakti sama orang tua. karena tetep balik ke norma, jadi tidak gila ilmu. Gila ilmu boleh, tapi jangan sampe workaholic juga sampai meninggalkan keluarga. hampir disemua univ, pastinya tidak mau kalau kita itu sampai keluarganya berantakan karena kita sekolah. Jangan sampai ibu tiba - tiba sakit, terus tidak peduli, atau tiba - tiba jadi cerai. Pertanyaan pertanyaan itu yang jadi jebakan. Dan hati hati banget ketika menjawab, yang pasti saran saya kalau ada pertanyaan seperti itu atau apapun pertanyaannya yang berhubungan dengan keluarga, harus mendahulukan keluarga. 

 

Daftar Sekarang!

Bergabung dengan DokterCares Untuk persiapan PPDS