24 January 2025 • Pulmonologi Universitas Airlangga
PPDS Pulmonologi Universitas Airlangga
Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Pulmonologi atau Paru, informasi terkait PPDS Paru bisa dicek di web PPMB, kemudian untuk media sosial instagram, bisa dicek di @pulmoua, @paguyubanparu dan @pulmobaya. Sekilas tentang pulmonologi universitas airlangga (Unair), center Unair adalah salah satu center paru tertua di Indonesia, kalau sekarang banyak yang baru – baru. Di Unair ada MKDU, jadi nanti bareng dengan teman – teman prodi lain mendalami beberapa topik seperti biomolekuler, filsafat ilmu, dll, pendidikan PPDS pulmo di Unair ada 8 semester yang terbagi menjadi 3 tahap : Junior, Madya dan Senior. Junior biasanya agak lama, hingga 2,5 tahun, kemudian Madya bisa kisara 10 – 12 bulan, terakhir sisanya senior.
Kuota penerimaan untuk semester genap dan ganjil, rata rata 7 – 8 orang, untuk persyaratannya bisa dicek di web ppmb unair. Salah satu kelebihan center Unair yaitu, ada afirmatif. Jadi teman - teman yang bekerja di luar pulau jawa atau di daerah, bisa dikirim dari daerah dengan cara afirmatif, yaitu program khusus untuk peserta ppds yang usianya sudah lewat dari usia yang ditentukan dari prodi. Teman – teman yang pernah bertugas di daerah 3T sesuai UU no 20 th 2013, anggota TNI, Polri, PNS, dengan batasan usianya tidak lebih dari 3 tahun sesuai persyaratan program studi ppds. Kemudian untuk IPK lebih rendah syaratnya daripada yang biasanya yaitu 2,25 (S.Ked) dengan IPK dokter 2,50, ini adalah salah satu kelebihan yang dimiliki oleh unair, karena memang tidak semua center punya jalur afirmatif, kalau tidak salah memang satu indonesia cuma unair yang punya. Jadi untuk teman teman yang merasa sudah melebihi batas usia, masih bisa.
Terkait pembiayaan, untuk penerimaan kemarin, pembiayaan uang pangkalnya 25 jt dan spp 10 jt persemester, saya rasa untuk teman teman disini yang sudah pernah daftar, kyaknya ini sudah paling murah dan ini tidak ada biaya tambahan lain lain. Masuk ke CV dan rekomendasi, rekomendasi ini bentuknya bermacam macam, untuk yang S1 di Unair, surat rekomendasi bisa dari dosennya dulu ketika S1, yang dari daerah, bisa surat rekomendasi tempat asal atau kiriman daerah, dan semua mempunyai kesempatan yang sama. Karena memang fokusnya Unair lebih kearah penyebaran dokter paru. Jadi untuk kandidat yang dari daerah atau kiriman daerah ini akan mempunyai nilai lebih mengingat salah satu tujuannya yaitu untuk penyebaran
Setelah administrasi, masuk ke tahap selanjutnya yaitu ujian, ujian disini dibagi menjadi 2 tahap, tahap 1 adalah Tes Potensi Akademik (TPA) dan bahasa inggris, ini ujiannya dari rektorat, tes TPAnya sama dengan yang diluar begitu juga tes bahasa inggrisnya, untuk bahasa inggrisnya pilihan ganda, memang kompetisinya disini adalah pada nilainya.
Lulus dari tahap 1, masuk ke tahap 2. Tahap ini lebih ketat karena tahap ini sudah masuk ke bagian, ditahap ini ada wawancara dan MCQ. Wawancaranya nanti dengan 6 pewawancara, mulai dari guru besar, staf senior, kepala departemen, dan kepala program studi, dari 6 pewawancara ini biasanya digilir kalau bertanya. Idealnya memang wawancara dilakukan dalam 1 ruangan semuanya kumpul dengan calon ppds dan pasangan atau orang tuanya. Tapi karena pandemi, ada beberapa penyesuaian. Ada yang offline ada juga yang via zoom. Jadi sifatnya kondisional dan tidak harus dalam satu hari.
Pertanyaan yang sering ditanyakan ketika tes wawancara, ada pertanyaan seputar akademik dan pertanyaan seputar tentang keluarga. Pertanyaan ketika wawancara, kalau dari beberapa staf senior mostly yang ditanyakan yang ada di buku ajar, kadang yang ditanyakan sesuatu yang luar prediksi, berdasarkan pengalaman kemarin ditanya tentang penyakit paru akibat kerja, padahal itu jarang banget. Jadi yang ditanyakan itu penyakit paru akibat kerja seperti silicosis dan asbestosis, yang justru orang orang lupa untuk belajar, dan semuanya ada di buku ajar paru. Tapi paling nggak kita ngerti, kalau penyakit paru akibat kerja ada apa saja, dibagi jadi apa saja. Kemudian untuk CA tidak seberapa ditanyakan.
Pertanyaan akademiknya sebenarnya hanya itu, dulu karena punya pengalaman di puskesmas, kemarin ditanyain, pasien datang dengan keluhan TB banget, kamu curiga TBnya gimana? Kamu tidak punya geneXpert, tidak punya pemeriksaan untuk BTAnya, orang labnya tidak ada, yaa kurang lebih seperti itu, jadi kyak pertanyaan pertanyaan khas untuk ujian oral, nah pasien ini mau diapain? Entah mau di chest x-ray kemudian dari x-ray nya gimana? Yang pasti teman teman harus tahu itu TB, Pneumonia, asma, PPOK, kemudian penyakit paru akibat kerja yang tidak disangka muncul. Kalau yang lain lain, masih lebih sedikit. Pertanyaannya sebenarnya khas, pertanyaan – pertanyaan untuk dokter umum.
Pertanyaan selanjutnya yaitu seputar kesiapan, kesiapan disini dalam semua hal, pribadi (mental dan kompetensi), keluarga, dan pembiayaan. karena mostly kalau sudah ppds itu, pasti yang sudah usia sudah menikah, punya keluarga, asalnya dari jauh, jadi seberapa besar sih kesiapan teman-teman untuk masuk. Karena banyak pengalaman, banyak juga yang berhenti ditengah jalan, istilahnya pendidikan sudah jalan berapa lama, tiba - tiba ada keluarga yang tidak support, pasangan tidak support, akhirnya berhenti ditengah jalan dan itu yang tidak diinginkan terjadi. Sehingga, kalau di Unair (dicenter lain tidak tw), paru adalah satu - satunya prodi dengan tes wawancara membawa pasangan atau dengan orang tua kalau memang belum menikah. Artinya keluarga terdekat juga digali informasi, apakah siap calon ppds ini untuk sekolah.
Pertanyaan yang wajib adalah bagaimana kesiapanmu dan bagaimana kesiapan keluargamu seperti, sudah berkeluarga? Punya anak? Suami bagaimana? Anak dititipkan ke siapa? Misal belum berkeluarga, sudah punya pasangan? Mau menikah kapan? Lalu apakah calon pasangannya juga tahu kalau mau sekolah? Lalu pembiayaan, siapa yang membiayai? Nanti pasangan juga akan ditanya misal istri/suaminya sekolah gimana? Apakah siap punya pasangan ppds? Kalau pasangannya juga dokter, pasti akan ditanya apalagi sesama ppds, yang jaga anaknya siapa?
Ditanya juga seputar pengalaman – pengalaman, makanya CV kenapa penting, di CV ini nanti akan dituliskan, pengalaman kerja disini dll. Nanti akan ditanya seputar pengalaman ketika menangani pasien - pasien dengan penyakit paru seperti asma, ppok, dan tb dikasih terapi apa, dll. Untuk teman teman tidak perlu khawatir, karena memang kalau sudah kerja atau iship pasti sudah tahu tipikal – tipikal khas pasien paru bagaimana. Sebenarnya mereka (konsulen) tidak expect kita untuk menjawab seperti apa yang ada di buku seperti selayaknya untuk spesialis, tapi lebih menanyakan pengalaman-pengalaman yang sudah pernah didapat. Dengan harapan bisa tahu bagaimana pola pikirnya.
Ketika proses wawancara ada juga pertanyaan yang menggunakan bahasa inggris, jadi karena sekarang standarnya sudah lebih tinggi, jadi untuk bahasa juga. Jadi pertanyaan ada beberapa staf yang mewawancara menggunakan bahasa inggris ketika wawancara, jadi diharapkan teman teman bisa lebih siap untuk bahasa inggrisnya. Dan ada pertanyaan juga setelah lulus kembali kemana? Makanya rekom disni penting, karena nanti pasti ditanya. Setelah lulus mau balik kemana? Alatnya disana ada apa saja? Ct scan atau alat bronkoskopi ada atau tidak? Disana bagaimana tempatnya? Berapa banyak dokter spesialis paru yang ada disana? Apakah teman teman ini nanti juga kalau kembali kesana, sudah siap unt membangun disana dibidang paru.
Setelah wawancara, tes selanjutnya MCQ, tes ini pertanyaan pertanyaan yang bersifat akademik. Kalau wawancara kan lebih bersifat pengalaman, keluarga, dan pola piker kita bagaimana. Kalau mcq ini, bagaimana kamu memanaje pasien, seperti basic quietion untuk paru (ujian akademik). Di tahap ini ujian teorinya, untuk jumlah soal bervariasi dari tahun ke tahun, pernah ada yang 100 soal, ada juga yang 50 soal, soalnya dalam bahasa indonesia semua. Soalnya juga ada yang soal panjang dan soal pendek jadi di mix. Kemudian untuk tingkat kesulitannya, mirip dengan ujian ukmppd atau koas, karena ujian masuk ini kan memang untuk dokter umum bukan untuk spesialis paru, cuma memang lebih spesifik seperti misalnya TB, regimen tb apa untuk kategori 1 seperti itu, jadi tidak yang tinggi tinggi.
Tidak ada essay, tapi ada jurnal reading. Jurnal reading biasanya dilakukan ketika wawancara, kepala departemen yang sekarang lebih concern dengan kemampuan bahasa inggrisnya kandidat, jadi nanti akan dikasih 1 jurnal, nanti kita dikasih waktu singkat untuk membaca kemudian diminta untuk menceritakan kembali dan mengambil kesimpulan. Ujian wawancaranya nanti dengan 6 konsulen langsung tapi selama pandemi, beberapa penguji lebih prefer untuk via zoom. Tapi ada juga yang tetap offline. Jurnal reading tidak selalu ada. Kemudian tidak ada ujian osce. Kalau di center lain, kurang tahu karena setiap center punya regulasi dan kebijakannya masing masing.
Selanjutnya masuk ke buku Referensi, kalau di Unair buku referensi utamanya ada 2, buku ajar paru dan buku dasar dasar diagnostik fisik paru, kalau buku dasar dasar ini sudah tidak ada di pasaran, sudah tidak dijual dan tidak mencetak lagi. Tapi untuk teman teman yang berminat masuk ke paru dimanapun, buku tersebut sangat bagus. Karena salah satu kelebihan pulmo Unair adalah diagnosis fisiknya. Jadi untuk pasien pasien di paru sangat bergantung dengan diagnosis fisiknya juga, jadi tidak selalu dari pemeriksaan penunjang, pemeriksaan radiologis dan lab. Harus diagnosis fisiknya bagus. Untuk buku ajar, yang terbaru buku ajar 2019 (cuma ada di sekretariatnya unair). Disini hampir semuanya ada. Kalau untuk basic masuk ppds paru, buku itu sudah cukup bagus. Untuk masalah TB, karena TB ini setiap tahun berubah, belajarnya bisa dari bukunya kemenkes atau WHO, karena setiap tahun WHO selalu mengeluarkan update terbaru, jadi jangan tertuju pada satu referensi, tapi yang lebih update juga, karena nanti pasti ditanya (belum baca yang baru ya). Kemudian diagnosis fisik juga penting, nanti pasti akan ditanyakan, karena kalau suara parunya begini, diagnosisnya apa?
Punya publikasi ilmiah akan membantu penilaian. Penelitian-penelitian yang lalu pun akan sangat membantu judgement nya staf yang menerima apalagi misal penelitian yang sudah dipublisha adalah tentang paru dan juga ada yang bertanya ketika S1 skripsinya tentang apa. Karya yang bukan tentang paru, sarannya tetap ditulis di CV, karena itu akan menambah nilai untuk masuk ppds. Karena kalau di paru ini, untuk hal hal diluar akademik seperti bikin buku akan menjadi nilai tambah.
Untuk teman-teman yang bertanya, misal bukan lulusan unair tapi masuk unair gimana? Itu tidak perlu khawatir, karena memang di pulmo Unair tidak melihat kita lulusan mana. Berdasarkan data, ppdsnya lebih banyak yang dari luar, artinya itu bukan suatu kekhawatiran yang penting bagaimana kesiapan dan kompetensinya baik dibidang akademik maupun akademik. Kesempatan mencoba daftar di Unair adalah 2 kali, jadi kalau sudah 2 kali mencoba itu sudah tidak bisa masuk di unair lagi. Perlu diingat : Jangan pernah takut untuk jujur, dalam arti misal sudah pernah daftar di tempat lain, disampaikan, karena nanti akan ditanyakan dan dari cv juga terlihat. Nanti staf akan bertanya, sebelumnya sudah daftar dimana? Kalau kita bohong, mereka pasti tahu. Karena ada pengalaman yang bilang belum pernah daftar dimana mana, dan ternyata stafnya sudah tahu kalau dia sudah daftar di tempat lain. Jadi akan lebih baik kalau jujur dan tidak perlu takut untuk percaya diri. Karena percaya diri itu penting.
Setiap kiriman dari daerah, akan menjadi nilai plus atau menjadi pertimbangan sendiri, karena memang sesuai tujuan awal yaitu mencetak spesiali paru untuk disebar dalam arti semua merata se indonesia. kalau di pulmo Unair, memang ada yang dari TNI AL dan TNI AU, jadi itu memang kiriman sekolah dari instansi. Tetap ada nilai plus karena ada rekomendasinya.
Tips untuk mendapat nilai tinggi ketika wawancara, kuncinya sebenarnya siap dan percaya diri. Karena percaya atau tidak itu pasti akan berpengaruh kalau mau ppds. Karena disini kita semua belajar, kita sekolah spesialis pasti untuk jadi orang yang labih baik dan lebih berguna, jadi jangan pernah takut, jangan takut dan harus dalam keadaan siap, siap mental dan siap secara finansial, keluarga dll. Karena setelah kita diterima, jalannya panjang dan berat. Makanya selalu kita bilang sama teman teman yang mau daftar, yakinkan diri dulu percaya diri dulu baru maju, karena kalau sudah melangkah maju, tidak bisa mundur lagi. Misal lepas di tengah jalan, sayang banget, waktu dan tenaga. Padahal usahanya sudah besar.
Salah satu kelebihan pulmo Unair ini, secara finansial tidak pernah keluar uang. Jadi lebih mentally, karena memang ilmiahnya banyak, kemudian kehidupannya yaa gitu gitu aja artinya berkisar di RS dan rumah saja. Tips selanjutnya adalah jujur, kita sangat mengutamakan kejujuran. Staf - staf itu sangat mengutamakan kejujuran, jadi jangan sampai diawal - awal itu sudah suka berbohong, lalu jangan suka telat – telat, karena berkali kali banyak calon ppds yang suka telat. Kalau udah begitu, sudah di cut. Karena ibaratnya kyak kurang niat, padahal baru wawancara udah telat.
Perlu diketahui dan diingat kalau di Pulmonologi, kita tidak santai bahkan sebelum pandemi kita tidak santai. Karena ada beberapa teman teman yang memang mindsetnya masuk paru karena minor. Pulmo sendiri adalah salah satu prodi yang termasuk memiliki ilmiah terbanyak di unair. Karena ilmiah ini, adalah sesuatu yang sulit kalau kita tidak konsisten, makanya kita harus siap. Karena disini itu strict, misal ilmiahnya tidak selesai diwaktunya itu sudah ada aturannya, bahkan ada yang sampai dikeluarkan.
Dulu motivasi kenapa memilih pulmonology, ketika terjun ke lapangan langsung kebetulan menjadi dokter di puskesmas, kita jadi ngerti kalau di indonesia kurang banget dokter spesialis paru, karena memang TB banyak banget. Untuk teman - teman yang kerja di puskesmas atau daerah mungkin akan kaget, awal - awal itu sudah banyak banget, waktu itu saya berpikir kalau semuanya jadi dokter obgyn, bedah, internis jadi pediatri atau jadi mata, trus gimana nanti? Dan memang banyak banget yang sekarang dari daerah daerah yang datang ke kita karena fasilitas tidak ada, dokter tidak ada, dan yang paling kasihan itu adalah kalau mereka diterapi, dengan terapi yang tidak update oleh sejawat - sejawat yang non paru, itu yang sebenarnya menjadi motivasi untuk saya untuk belajar.
Cuma yang pasti perlu digarisbawahi Pulmonologi ini infeksius karena memang kita urusannya sama TB dan pneumonia, lebih dari itu, kita juga mengurusi kanker paru, melakukan tindakan pembedahan seperti pemasangan chest tube, evakuasi cairan pleura dan bronkoskopi. Artinya disini kita juga melakukan tindakan, tiidak melulu soal teori, dan untuk teman teman yang suka tindakan akan senang, karena ini mix perpaduan antara non bedah dengan bedah.
Yang perlu ditekankan lagi adalah rekomendasi, ini penting. Karena memang istilahnya kita ada yang mengarahkan, berdasarkan pengalaman pendaftarnya ada 14 orang dan yang diterima ada 8 orang, dan 7 orangnya dari luar kota. Jadi ini harus merata dalam penerimaan. jadi tidak harus dari unair. Jadi jangan khawatir. Intinya, kekhawatiran yang tidak perlu itu tidak perlu dipikirkan karena itu akan membuat kita takut lebih dulu.
Tips dan triknya, berdoa dan siap, karena kalau sudah siap itu pasti, kita percaya diri, sudah pasti ilmunya ada, keluaganya oke, semuanya siap. Dan harus diingat, pulmonologi resikonya besar karena kita infeksius apalagi di pandemi ini, mungkin ada beberapa orang mikir sekarang lebih banyak yang daftar karena mikir karena enak, karena masa pandemi duitnya banyak, ternyata gk seenak itu. Sekolah ppds itu berat, apalagi dengan tanggung jawab yang lebih besar. Jadi bener-bener harus dipikirkan dan siap, sekolah ini juga tidak sebentar, paling cepat paling 4 tahun dan itu tergolong lama, dengan beban kerja yang constanly lebih berat daripada kita kerja diluar, dalam arti kalau kerja di puskesmas, yaa kerja nanti sore pulang tidak ada jaga tapi beban kerjanya tinggi karena memang seperti laporan laporan seperti itu, tapi kalau di ugd kalau udah selesai ya selesai, ternyata ppds ini lebih berat darpada semuaya itu.
Berikut poin-poin lebih singkat :
6 February 2025
4 February 2025
4 February 2025
Bergabung dengan DokterCares Untuk persiapan PPDS